Page 122 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 FEBRUARI 2020
P. 122

pun tidak bisa saya teruskan karena tak boleh sekolah," ungkap Efa.


               Ketakutan yang senantiasa menghantuinya adalah razia polisi terhadap para

               pendatang ilegal.


               "Saya takut ditangkap polisi. Biasanya polisi minta semua dokumen, minta duit. Tapi

               saya takut kena tangkap. Kalau ditangkap polisi, polisi akan hantar ke Indonesia pun

               tak boleh. Tak ada identitas Indonesia. Hidup di Malaysia juga tak boleh, tak ada
               identitas".



               Baik Tuah bin Osman, Asma maupun Efa mengaku telah menempuh berbagai cara

               untuk mengurus dokumen, dipingpong dari satu instansi ke instansi lain, mulai dari
               tingkat pemerintah negara bagian hingga tingkat federal.



               Jalur adopsi Ketika berusia 12 tahun, batas usia seseorang mendapat IC (Identity

               Card) atau kartu tanda penduduk, Efa diberi IC merah, artinya dianggap warga
               negara asing, bukan kartu biru sebagai warga Malaysia.



               Oleh karena itu, ayah Efa menolak kartu tersebut dan atas persetujuan istri, Asma,
               sampailah mereka pada solusi untuk menempuh jalur adopsi, sebagaimana

               dianjurkan oleh salah satu instansi.


               "Orang saran kita ambil sebagai anak angkat. Kita disuruh ke balai maka kita pergi

               ke balai, ambil surat untuk anak angkat," kata Asma.



               Balai yang dimaksud Asma adalah Jabatan Pendaftaran Negara, yang menangani
               masalah kependudukan.



               Akan tetapi permohonan Tuah bin Osman mengangkat Efa ditolak karena usia Efa

               sudah remaja ketika itu.






                                                      Page 121 of 130.
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127