Page 192 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2020
P. 192

UU CIPTA KERJA DIBUTUHKAN UNTUK PERCEPATAN PENCIPTAAN LAPANGAN
              KERJA
              Akademisi Institut Teknologi Indonesia (ITI) Yenny Widianty menyebut keberadaan Undang-
              Undang  (UU)  Nor  11/2020  tentang  Cipta  Kerja  dibutuhkan  untuk  salah  satu  kebutuhan
              masyarakat saat ini, yakni percepatan penciptaan lapangan kerja.

              "UU Cipta Kerja itu bagus. Penciptaan lapangan kerja itu harus, karena penduduk kita banyak
              yang menuntut pekerjaan. Untuk penciptaan lapangan kerja, kata kuncinya percepatan," katanya
              dalam diskusi bertajuk UU Cipta Kerja dan Pembangunan Berkelanjutan, Perspektif Lingkungan
              Hidup yang digelar Institut Teknologi Indonesia (ITI) Tangerang Selatan, Selasa (15/12/2020).

              Lanjut Yenny, percepatan penciptaan lapangan kerja, melalui UU Cipta Kerja, diupayakan dengan
              menghilangkan  hambatan-hambatan  peraturan.  Menurutnya,  semangat  UU  Cipta  Kerja  itu
              seperti pola pikir orang berlatar belakang disiplin ilmu Teknik Industri, yang mengedepankan
              penyederhanaan.
              "Kalau melihat latar belakang keluarnya UU Cipta Kerja, itu sejalan dengang pola pikir orang
              teknik industri. Kita bicara bagaimana melakukan penyederhanaan, membangun sistem yang
              lebih  simple  dan  menghilangkan  pemborosan  itu  adalah  pola  pikir  kami  untuk  menciptakan
              value," kata dosen Teknik Industri ITI Tangerang Selatan ini.
              Yenny  menilai  positif  soal  penyederhanaan  izin  lingkungan  dalam  Rancangan  Peraturan
              Pemerintah (RPP) Pelaksanaan UU Cipta Kerja bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
              Hidup.

              Meski demikian, bagi Yenny, yang terpenting adalah bagaimana implementasinya. Implementasi
              lah yang menurutnya yang akan menciptakan efektivitas untuk terwujudnya tujuan dari UU Cipta
              Kerja.

              Juga, efektivitas implementasi aturan, tambah Yenny, perlu didukung oleh kualitas sumber daya
              manusia  (SDM)  tim  penilai  izin  lingkungan.  "Implementasinya  tergantung  dari  para  penilai
              berbasis risiko ini," katanya.

              Untuk  itu,  timpalnya,  itu  harus  dipastikan  kredibilitas  dan  integritas  Tim  Uji  Kelayakan
              Lingkungan Hidup, yang bertugas sebagai penilai Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
              dan diatur dalam RPP Pelaksanaan UU Cipta Kerja.

              "Karena dalam beberapa kasus, orang memiliki wewenang, tapi tidak memiliki pengetahuan atau
              tidak paham ruang lingkup dari pekerjaan," ujar dia.

              Ia  berharap,  jangan  sampai  karena  Tim  Uji  Kelayakan  Lingkungan  yang  tidak  berintegritas,
              membuat  UU  Cipta  Kerja  yang  bertujuan  menyelesaikan  masalah,bisa  menciptakan  masalah
              baru, yakni terkait kelestarian lingkungan.

              Menurutnya, dalam upaya meningkatkan investasi demi penciptaan lapangan kerja, tetap harus
              mempertimbangkan preferensi masyarakat setempat dan kelestarian lingkungan. Pembangunan
              yang berkelanjutan, itu harus dikedepankan.

              Ia  mencontohkan  pengalamannya  saat  menjadi  konsultan  kajian  kawasan  industri  di  Papua
              Barat. Di sana, ia menemukan gap antara apa yang diinginkan masyarakat terkait kelestarian
              lingkungan dengan pembangunan untuk tujuan ekonomi dan kepentingan investasi.
              Lanjutnya,  untuk  pembanguan  infrastruktur  penunjang  pembangunan  itu  harus  menerabas
              hutan konservasi. "Persoalan ini harus ditemukan jalan tengahnya," usulnya.(rmn).



                                                           191
   187   188   189   190   191   192   193   194   195