Page 31 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2020
P. 31

Hadirnya pandemi semakin meningkatkan gelombang pengusiran buruh migran Indonesia tak
              berdokumen yang bekerja di luar negeri, terutama buruh migran yang Bekerja di perkebunan
              Sabah,Malaysia. Sejak 1 Januari2020, Pemerintah Malaysia Mengeluarkan kebijakan razia PATI
              (Penghuni  Asing  Tanpa  Identitas).  Kebijakan  ini  disusul  dengan  pemberlakuan  pembatasan
              mobilitas  .atau  perintah  perkawalan  pergerakan  untuk  membendung  penularan  Covid19.
              Kegiatan warga dibatasi, perbatasan antar negara ditutup.

              Menyusul pandemic Covid 19 yang kian parah, pemerintah Malaysia menghentikan aktivitas kerja
              perkebunan  sawit,  buruh  diliburkan  hingga  April  2020.  Selama  diliburkan,  mereka  tidak
              memperoleh hak dan terpaksa bertahan di Pusat Tahanan Sementara

              6. Kian Massifnya Eksploitasi Buruh Perkebunan

              Dampak  wabah  Covid-19  tanpa  bisa  dibendung  telah  meluas  ke  berbagai  sector  industri,
              termasuk sawit. Eskpor CPO dari Indonesia ke beberapa Negara seperti China, India, Uni Eropa
              telah mengalami penurunan signifikan. Hal ini dikarenakan negara–Negara importir sawit masih
              dalam situasi karantina.

              Menurunnya permintaan sawit berakibat pada melambatnya ekonom global yang mengancam
              buruh, terutama di sector hulu. Ancaman tersebut muncul dalam bentuk efisiensi, di mana buruh
              sawit banyak terPHK, pengurangan upah dan tidak dibayarkannya THR.
              7. Buruh di Sektor Pekerjaan yang Diinformalkan dan PRT Makin Terpinggirkan

              Ketidakpastian  kerja  membuat  buruh  dengan  usia  yang  tidak  lagi  muda  terdesak  ke  sektor
              informal dengan kondisi kerja yang jauh lebih buruk. Mayoritas buruh yang ter-PHK di masa
              pandemic terpaksa bekerja di sector pekerjaan yang diinformalkan.

              Sistem pengupahan berdasarkan satuan hasil dan satuan waktu membuat pengurangan upah
              semakin  mungkin  terjadi  di  sector  pekerjaan  yang  diinformalkan.  Sementara,  ketiadaan
              perlindungan hukum bagi buruh dipekerjaan yang diinformalkan semakin menutup ruang bagi
              mereka untuk menegosiasikan hak.

              8. Pandemi Memiskinkan Buruh Perempuan Secara Sistematis

              Sistem  ekonomi  politik  kapitalisme  yang  berwatak  patriarkal,  tidak  pernah  menghargai
              perempuan sebagai pekerja sehingga mengabaikan kerja perempuan yang berkontribusi besar
              pada  laju  perekonomian  dunia.  Kerja  di  area  produksi  social  atau  kerja  perawatan  di  area
              domestic  telah  menjadi  tumpuan  bagi  kerja  produksi  yang  memunculkan  nilai  lebih  dan
              memberikan profit berlimpah bagi pemilik modal.

              Diabaikannya  kerja  reproduksiperempuan  berimbas  pada  pengabaian  kesehatan  reproduksi
              perempuan. Kapitalisme melihat produktivitas tenaga kerja dalam kacamata patriarkal sehingga
              proses  reproduksi  seksual  pada  buruh  perempuan  sering  kali  dianggap  sebagai  hambatan
              produktifitas.

              Hal ini secara sistematis diterapkan dalam proses produksi yang kerap tidak memperhitungkan
              kesehatan reproduksi perempuan yang membutuhkan fasilitas khusus, baik dalam masa haid,
              hamil, melahirkan maupun menyusui. Sistem kerja berdasarkan target merupakan contoh paling
              konkrit  pengabaian  kesehatan  reproduksi  perempuan,  di  mana  target  ditempatkan  di  atas
              segalanya hingga buruh dilarang ke toilet sebelum target yang tak masuk akal itu tercapai.








                                                           30
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36