Page 180 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 180

Omnibus Law RUU Cipta Kerja klaster ketenagakerjaan bentukan Kemenaker akan menimbulkan
              persoalan besar.

              Menurut  dia,  hal  itu  jadi  tidak bisa  mewakili  kesepakatan  tripartit  yang terwakili  oleh  kaum
              pekerja. Apalagi, lanjut Arief, dalam tripartit tersebut Kemenaker tidak melibatkan para pekerja
              di sektor BUMN yang juga akan menjadi bagian kelas pekerja yang harus mengikuti hasil RUU
              Ciptaker di dalam klaster ketenagakerjaan jika sudah diundangkan.

              Arief  menegaskan  bahwa  ini  akan  menjadikan kegagalan  kembali  dari menteri  tenaga  kerja
              untuk terciptanya UU Ciptaker dalam klaster ketenagakerjaan.

              "Di mana, jika draf RUU Ciptaker yang terkait klaster ketenagakerjaan dipaksakan diundangkan,
              maka bisa menimbulkan gejolak politik dan sosial serta penolakan dari kaum buruh dan pekerja,"
              kata Arief dalam keterangannya, Rabu (15/7).

              Arief  mengatakan  Apindo  atau  Kadin  juga  seharusnya  lebih  bijak  dan  tidak  melulu  hanya
              memperjuangkan kepentingannya saja dalam RUU Ciptaker untuk klaster ketenagakerjaan.

              Sebab,  ujar  Arief,  bila  nantinya  UU  Ciptaker  klaster  ketenagakerjaan  hanya  menghasilkan
              penurunan  hak-hak  kaum  bekerja  yang  sudah  ada  di  UU  Nomor  13  Tahun  2003  tentang
              Ketenagakerjaan,  akan  berdampak  juga  pada  tingkat  kesejahteraan  para  kaum  buruh  di
              Indonesia.

              "Pada  akhirnya  akan  berdampak  pada  pertumbuhan  ekonomi  yang  selama  ini  50  persen
              ditopang dari sisi konsumsi masyarakat," paparnya.

              Ia menjelaskan dari tripartit ini juga terlihat sekali Kemenaker yang mewakili pemerintah terlalu
              banyak mengakomodasi kepentingan kaum pengusaha yang diwakili Apindo dan Kadin.

              Menurut  dia,  organisasi  pekerja  yang  tidak  mundur  dari  tripartit  pembahasan  RUU  Ciptaker
              klaster ketenagakerjaan bisa jadi diduga sudah gembos dari awal.

              Arief  mengatakan  RUU  Ciptaker  klaster  ketenagakerjaan  memang  tujuannya  baik  untuk
              menyeimbangkan  kepentingan  kaum  pengusaha  dan  kaum  pekerja  sebagai  oli  mesin
              ekonominya sebuah negara untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang stuck selama ini.

              "Namun,  bila  hanya  satu  sisi  mesin  ekonomi  saja  yang  diberi  oli  sementara  satu  sisi  tidak
              diberikan oli, ya akhirnya mesin tidak bisa bergerak laju," katanya.

              Karena itu, kata dia, keluarnya ketiga organisasi buruh yang keterwakilannya cukup besar, serta
              tidak adanya pelibatan pekerja di sektor BUMN, menunjukkan kalau menaker tidak punya sense
              of crisis dalam bekerja.

              Apalagi, ujar Arief, penundaan klaster ketenagakerjaan dalam RUU Ciptaker itu akibat kesalahan
              besar Kemenaker yang dari awal tidak mengelar tripartit untuk membahas draf RUU Ciptaker
              klaster ketenagakerjaan.

              "Yang harusnya RUU Ciptaker klaster ketenagakerjaan sudah bisa disahkan tiga bulan yang lalu
              akhirnya jadi molor," papar Arief.

              Nah, Arief menegaskan kalau sudah begini bagaimana investasi akan bertumbuh di Indonesia
              jika tidak ada kepastian hukum dan perlindungan yang jelas bagi investor luar negeri dan kaum
              buruh.

              (boy/jpnn)  Simak! Video Pilihan Redaksi:.


                                                           179
   175   176   177   178   179   180   181   182   183   184   185