Page 196 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 196

Pembobolan  Data  Di  Telkomsel  Bukan  Kasus  Sembarangan,  BIN  Harus    Screening    Semua
              Direksi BUMN  Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Poyuono
              yang juga Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu itu menanggapi keluarnya KSPI,
              KSPI AGN, dan FSP Kahutindo dalam perundingan tripartit.

              Lebih rinci yang keluar, perwakilan KSPSI (3 orang), KSPI (3 orang), KSPSI Yoris (3 orang),
              KSBSI  (2  orang),  KSPN  (1  orang),  SARBUMUSI  (1  orang),  FSPPN  (1  orang),  dan  FSP
              KAHUTINDO (1 orang). Apalagi lanjut Arief Poyuono, dalam tripartit tersebut Kemenaker tidak
              melibatkan para pekerja sektor BUMN negara, yang juga akan menjadi bagian kelas pekerja
              yang harus mengikuti hasil RUU Ciptaker di dalam klaster ketenagakerjaan.

              "Ini akan menjadikan kegagalan kembali dari Menaker (Ida Fauziyah) untuk bisa terciptanya UU
              Ciptaker dalam klaster ketenagakerjaan, dimana jika draft RUU dipaksakan, di-UU-kan, maka
              bisa menimbulkan gejolak politik dan sosial serta penolakan dari kaum buruh dan pekerja,"
              ucapnya, Rabu (15/7).

              Jelas  Arief  Poyuono,  Apindo  dan  Kadin juga  seharusnya  lebih  bijak dan tidak  melulu  hanya
              memperjuangkan kepentingannya saja dalam RUU Ciptaker untuk klaster ketenagakerjaan.

              Sebab, jika nantinya UU itu hanya menghasilkan penurunan hak-hak kaum bekerja yang sudah
              ada  dalam  UU  13/2003 tentang  Ketenagakerjaan,  maka  akan  berdampak  juga  pada tingkat
              kesejahteraan  para  kaum  buruh  di  Indonesia,  yang  pada  akhirnya  akan  berdampak  pada
              pertumbuhan ekonomi yang selama ini 50 persen ditopang dari sisi komsumsi masyarakat.

              Disampaikan  Arief  Poyuono,  dari  tripartit  ini  juga  terlihat  sekali  Kemenaker  yang  mewakili
              pemerintah terlalu banyak mengakomodasi kepentingan kaum pengusaha yang diwakili Apindo
              dan Kadin.
              "Dan adapun organisasi pekerja yang tidak mundur dari tripartit pembahasan RUU Ciptaker
              klaster ketenagakerjaan bisa jadi sudah gembos dari awal diduga sudah ada deal-deal setengah
              meja dengan pihak-pihak Apindo dan Kemenaker," ujar Arief Poyuono.

              RUU  Ciptaker  klaster  ketenagakerjaan  memang  tujuannya  baik  untuk  menyeimbangkan
              kepentingan kaum pengusaha dan kaum pekerja sebagai oli mesin ekonominya sebuah negara,
              untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang stuck selama ini, tapi jika hanya satu sisi mesin
              ekonomi saja yang diberi oli sementara satu sisi tidak diberikan oli, akhirnya mesin tidak bisa
              bergerak laju.

              Oleh  karena  itu,  masih  kata  Arief  Poyuono,  keluarnya  ketiga  organisasi  buruh  yang
              keterwakilannya  cukup  besar  dan  tidak  adanya  pelibatan  pekerja  di  sektor  BUMN,  ini
              menunjukkan kalau Menaker tidak punya sense of crisis dalam bekerja.
              Sense Of Crisis  Kasus Joko Tjandra, Arief Poyuono Geram, Minta Dirjen Imigrasi Dipecat  Apalagi
              penundaan klaster ketenagakerjaan dalam RUU Ciptaker itu akibat kesalahan besar Kemnaker
              yang dari awal tidak mengelar tripartit untuk membahas draf RUU, yang harusnya RUU Ciptaker
              klaster ketenagakerjaan sudah bisa disahkan 3 bulan yang lalu, akhirnya jadi molor.

              "Nah,  kalau  sudah  begini  bagaimana  investasi  akan  bertumbuh  di  Indonesia  jika  tidak  ada
              kepastian  hukum  dan  perlindungan  yang  jelas  bagi  investor  luar  negeri  dan  kaum  buruh,"
              demikian Arief Poyuono.
              EDITOR:  RUSLAN TAMBAK    Tag:  ARIEF POYUONO  CIPTAKER KETENAGAKERJAAN  OMNIBUS
              LAW.




                                                           195
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201