Page 191 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 191

OMNIBUS LAW DINILAI STRATEGI PALING MEMUNGKINKAN ATASI MASALAH
              EKONOMI DALAM SUASANA PANDEMI

              Medan - Pengamat pajak dan staf khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menilai Omnibus
              Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja merupakan strategi yang paling mungkin
              diambil untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang muncul karena pandemi COVID-19.

              "Kalau dilihat secara objektif dan faktual, kita harus akui bahwa Indonesia ini over regulated
              dan terlalu banyak aturan tumpang tindih. Butuh diet dan perampingan regulasi supaya bisa
              bergerak gesit setelah pandemi ini. Omnibus Law Cipta Kerja ini strategi paling mungkin untuk
              diambil  bagi  kebutuhan-kebutuhan  objektif  ekonomi  kita  saat  ini,"  kata  Yustinus  dalam  rilis
              survei "Sikap Publik Terhadap RUU Cipta Kerja" yang diselenggarakan SMRC, Selasa (14/7).

              Secara  objektif,  menurut  Yustinus,  Indonesia  sebelum  pandemi  sudah  mengalami  kesulitan
              untuk mengerek peringkat kemudahan memulai usaha atau Ease of Doing Business (EoDB).
              Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) yang sempat membaik pada tahun
              2017 pun akhirnya mentok dan turun kembali karena regulasi dan investasi yang terganjal.

              "Di saat pandemi ini, ekonomi kita yang biasanya ditopang oleh belanja rumah tangga dan
              pemerintah praktis turun. Belanja pemerintah yang terus didorong juga punya batas. Otomatis
              kita  sangat  memerlukan  investasi  untuk  menopang  ekonomi  kita  ini,"  kata  Yustinus
              menjelaskan.

              Selain itu, secara kepastian hukum RUU Cipta Kerja juga mendorong kepastian hukum untuk
              memulai usaha. Berbagai perizinan untuk pengusaha dan masyarakat yang ingin memulai usaha
              mikro kecil menengah juga dipermudah.

              "Perizinan  yang  mempersulit  dihilangkan,  terutama  untuk  usaha  yang  tidak  berisiko  tinggi.
              Pelaku UMKM juga coba di-mainstreaming, mandat untuk melakukan kemitraan dan didorong
              untuk  membentuk  PT.  Ini  membantu  mereka  untuk  mendapat  akses  ke  perbankan,"  kata
              Yustinus.

              Soal klaster ketenagakerjaan yang menuai pro kontra, Yustinus mengatakan harusnya publik
              bisa melihat lebih jernih dan tak perlu berada dalam posisi yang dikotomis.

              "Soal outsourcing, saya rasa ini tetap bisa dikomunikasikan jalan tengahnya. Terkait pesangon
              yang jumlahnya diperkecil, pemerintah menawarkan unemployment benefit yang justru lebih
              menjamin keberlangsungan pekerja," kata Yustinus..
























                                                           190
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196