Page 188 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 188

Lebih lanjut, Willy mengatakan, jika titik temu tak kunjung bisa dibangun antara kelompok buruh
              dan pengusaha, maka ia mengusulkan klaster ketenagakerjaan lebih baik dikeluarkan dari RUU
              Cipta Kerja.

              "Paling pahitnya, jika pun tidak bisa juga terjadi titik temu antara kalangan pengusaha dan
              buruh seperti yang diharapkan oleh Presiden," kata Willy.

              "Maka seperti yang diusulkan sejak awal oleh Fraksi Partai Nasdem, klaster Ketenagakerjaan ini
              lebih baik dibahas tersendiri saja. Ia tidak perlu ada di RUU Cipta Kerja ini. Ia masuk ke revisi
              UU Ketenagakerjaan misalnya," ujar dia.

              Diberitakan sebelumnya, sejumlah konfederasi dan  serikat buruh  memutuskan mengundurkan
              diri dari tim teknis yang membahas  omnibus law  RUU Cipta Kerja dalam unsur tripartit.

              Keluarnya  kalangan  buruh  dari  tim  teknis  yang  dibentuk  Kementerian  Ketenagakerjaan  itu
              disinyalir karena arogansi Apindo maupun Kadin.
              "Unsur  Apindo/Kadin  dengan  arogan  mengembalikan  konsep  RUU  usulan  dari  unsur  serikat
              pekerja dan tidak mau meyerahkan usulan konsep Apindo/Kadin secara tertulis," ujar Presiden
              Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  dalam  keterangan  tertulis  yang  diterima
              Kompas.com, Selasa (14/7/2020).
              Dari  unsur  serikat  buruh,  mereka  mewakilkan  15  anggotanya  dalam  tim  teknis  tersebut,  di
              antaranya dari KSPI, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Konfederasi Serikat
              Buruh  Sejahtera Indonesia (KSBSI), hingga Federasi Serikat Pekerja Perkayuan dan Perhutanan
              Indonesia (FSP Kahutindo).

              Dalam perjalanannya, kata Said, tim ini bertemu untuk kali pertama pada Rabu (8/7/2020).

              Dalam  pertemuan  tersebut,  serikat  pekerja  yang  tergabung  di  dalam  Majelis  Pakerja  Buruh
              Indonesia (MPBI) menyerahkan satu konsep bersama draf sandingan RUU Cipta Kerja kepada
              pemerintah dan unsur Apindo maupun Kadin secara tertulis.


              Menurut  Said,  draf  itu  berisi  analisa  dan  pandangan  kalangan  buruh  mengenai  dasar
              penolakannya terhadap klaster ketenagakerjaan.

              Kemudian,  mengusulkan  agar  Undang-Undang  (UU)  Nomor  13  Tahun  2003  tentang
              Ketenagakerjaan  dijadikan  sebagai  perlindungan  kesejahteraan  yang  paling  minimal  bagi
              pekerja maupun buruh.

              Namun,  lanjut  Said,  saat  sidang  pertama  digelar,  secara  arogan  konsep  dan  draf  yang
              sebelumnya diserahkan kalangan buruh dikembalikan oleh unsur Apindo maupun Kadin.

              Hal  itu  diperparah  dengan  tidak  mampunya  Apindo  dan  Kadin  menunjukkan  konsep  yang
              mereka tawarkan atas pengembalian gagasan yang sebelumnya lebih dulu ditawarkan kalangan
              pekerja.

              "Ini menunjukkan Apindo/Kadin tidak memahami esensi pembahasan tripartit dan mengingkari
              makna take and give yang pernah disampaikan oleh ketua umum mereka dalam rapat pertama.
              Bahkan amanat Presiden Jokowi pun diabaikan," kata dia.

              Selanjutnya, dalam pertemuan kedua pada Jumat (10/7/2020), Kadin dan Apindo menegaskan
              bahwa pertemuan di dalam tim teknis tersebut tidak perlu ada keputusan dan kesepakatan.

              Alasannya, karena tim tersebut hanya sekadar untuk memberikan masukan.



                                                           187
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193