Page 226 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 226

Kekhawatiran pengesahan RUU PPRT (Rancangan Undang Undang Perlindungan Pekerja Rumah
              Tangga)  terkait  jenjang  pendidikan  minimal  SMA  yang  dianggap  membatasi  PRT  nantinya,
              sebenarnya justru menjadi pintu masuk untuk peningkatan kesejahteraan PRT yang didominasi
              perempuan.

              "Dengan meningkatnya standar jenjang pendidikan, hal ini sebenarnya justru akan mendorong
              meningkatnya kesejahteraan dan juga skill dari pada PRT ini," jelas Giwo Rubianto Wiyogo,
              Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang menjadi salah satu narasumber.
              Penguatan  pendidikan  untuk  kesejahteraan  Lebih  jauh  Giwo  menyampaikan,  rendahnya
              pendidikan PRT akan membuat posisi PRT menjadi rentan terhadap berbagai tindak eksploitasi
              dan bahkan kekerasan. Menurutnya, selain advokasi di bidang hukum, pendidikan juga menjadi
              kunci  untuk  menghilangkan  bahaya  eksploitasi  dan  juga  tindak  kekerasan.  Tidak  hanya  itu,
              menurutnya, pendidikan dapat menjadi pintu masuk untuk meningkatkan sejahteraan PRT.

              "Jika pendidikan meningkat, skill meningkat otomatis ini akan menjadi nilai tambah bagi pekerja
              yang akan berdampak sejalan pada peningkatan penghasilan dari PRT," ujarnya.

              Namun, yang menjadi tantangan, tambahnya Giwo,  kurikulum  di Indonesia masih terlalu umum
              dan belum mengarah pada peningkatan kualitas kompetensi seperti halnya negara lain. Selain
              SMK,  menurutnya,  balai-balai  pelatihan  untuk  meningkatkan  kompetensi  yang  sebenarnya
              pernah dijalankan di Indonesia, dapat kembali ditingkatkan untuk memperkuat SDM Indonesia,"
              ujarnya.

              "Harapan  kita,  apa  yang  menjadi  visi  Presiden  Jokowi  di  masa  jabatan  keduanya  tidak
              ditinggalkan. Jangan hanya berfokus pada pemulihan ekonomi akibat Covid saja, namun juga
              perlu tetap membangun SDM Indonesia termasuk perempuan," tegasnya.
              Dalam kesempatan sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang
              Puspayoga menegaskan, selama ini diskriminasi dan stigmatisasi kerap diterima pekerja rumah
              tangga.

              Karena  itu,  Rancangan  Undang-Undang  Perlindungan  Pekerja  Rumah  Tangga  (RUU  PPRT)
              mendesak  untuk  disahkan  agar  pekerja  rumah  tangga  (PRT)  bisa  diakui  dan  mendapat
              perlindungan hukum.

              "Sudah  sepantasnya  perlindungan  PRT  dijamin  kita  semua.  Kementerian  kami  menjadikan
              perlindungan PRT menjadi fokus kerja sehingga kami apresiasi Kowani dan aktivis perempuan
              lainnya seperti Komnas Perempuan dan lainnya dalam perjuangan mewujudkan UU PPRT ini, "
              kata Bintang.

              Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah yang juga hadir dalam diskusi tersebut menegaskan, PRT
              punya peran dalam keluarga, bukan hanya di Indonesia, bahkan dalam skala global.

              "PRT  telah  berkontribusi  penting  pada  perekonomian  nasional  dan  global.  Dengan  upaya
              perlindungan  PRT  ini  untuk  menjamin  hak  kerja  tanpa  diskriminasi  yang  berkeadilan
              ,kemanusiaan dan bermartabat," ujar Ida Fauziyah.

              Hal  senada  kembali  ditegaskan  Giwo,"Perlindungan  dan  upaya  legitimasi  pada  PRT  telah
              mangkrak 16 tahun. Padahal mereka warga negara berhak mendapat perlindungan dan keadilan
              sosial sesuai dasar negara kita Pancasila."  Ia berharap RUU PPRT bisa disahkan pada DPR
              periode saat ini karena PRT ikut memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa..





                                                           225
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231