Page 29 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 29

Paling dekat dari Indonesia adalah Malaysia yang secara resmi telah memulangkan belasan ribu
              pekerja migran. Sementara data dari Indonesia menunjukkan, lebih dari 30.000 WNI pulang
              dari Malaysia selama pandemi. Sebelumnya, mayoritas dari mereka menjadi pekerja informal
              dengan upah harian.

              "Pemutusan  hubungan  kerja  dimulai  sejak  Covid-19  memengaruhi  pertumbuhan  ekonomi
              banyak  negara.  Perwakilan-perwakilan  RI  memastikan,  jika  memang  ada  pemutusan  kerja,
              semua hak pekerja migran Indonesia terpenuhi, termasuk membiayai repatriasi ke Indonesia,"
              kata Direktur Perlindungan WNI pada Kementerian Luar Negeri Judha Nug-raha.

              Singapura kemungkinan juga akan memperketat ruang kerja bagi para buruh migran. Dengan
              penurunan suara Partai Aksi Rakyat (PAP) pada pemilu tahun 2020, pengetatan izin bagi pekerja
              migran  di  Singapura  berpeluang  kembali  terjadi.  Hal  itu  pernah  teijadi  pada  2011  kala  PAP
              mencatat perolehan terburuk sepanjang sejarah.

              "Pembuat kebijakan akan mengetatkan izin pekerja asing," ujar Song Seng Wun, ekonom

              pada C IMB Private Banking.

              Peluang penataan

              Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani mengatakan,
              sudah 162.000 pekerja migran Indonesia (PMI) pulang selama pandemi. Hingga Agustus 2020,
              setidaknya 50.000 lagi akan pulang. Sebelumnya, mereka bekerja di Eropa, Asia, dan Amerika.
              "Untuk tenaga terampil relatif belum banyak (diberhentikan)," ujarnya.

              WNI yang bekerja di perkebunan, konstruksi, manufaktur, dan menjadi asisten rumah tangga
              di Malaysia dan Singapura pun belum banyak diberhentikan sebab mereka masih dibutuhkan.
              "Kebetulan pemerintah (Indonesia) secara bertahap mengurangi penempatan pekerja migran
              Indonesia di sektor-sektor tersebut," kata Benny.
              Benny membenarkan, moratorium pengiriman ditambah gelombang pemulangan PMI menjadi
              kesempatan langka bagi lembaganya untuk merombak tata kelola penempatan PMI. "Kami akan
              menjadikan  PMI  menerima  pelayanan  WIP,  memodernisasi  sistem  data  dan  informasi,  dan
              paling pokok memberantas sindikat pengiriman ilegal," ujarnya.
              Sindikat  pengiriman  PMI  ilegal  menjadi  perhatian  karena  sudah  ber-tahun-tahun  menjadi
              sumber masalah. Banyak PMI mengalami aneka persoalan di luar negeri, antara lain, karena
              diberangkatkan  oleh  sindikat  pengiriman  ilegal.  Mereka  terlilit  utang  yang  dinyatakan  untuk
              membiayai pengiriman, kontrak tidak jelas, hingga perlakuan tidak manusiawi di tempat kerja.

              "Banyak  oknum  mengatasnamakan  lembaga  non-perbankan  dan  koperasi  untuk  memberi
              pinjaman biaya ke berangkatan. Bunganya sampai 25 persen, kejam sekali," ujar Benny.

              Mereka memanfaatkan ketidaktahuan dan kurangnya akses calon PMI pada perbankan untuk
              mengajukan  kredit  usaha  rakyat  (KUR)  khusus  PMI.  Pemerintah  mendorong  perbankan
              menyediakan  kredit  untuk  membiayai  keberangkatan  PMI  sebagai  solusi  pembiayaan.
              Sayangnya, tetap saja sindikat pemberangkatan PMI menemukan celah dari kebijakan itu. Dari
              perbankan, bunga resmi hanya 6 persen. Sementara sindikat mengenakan bunga hingga 25
              persen.

              Karena itu, mulai Agustus 2020, calon PMI hanya perlu mengeluarkan ongkos dari rumah ke
              bandara  keberangkatan  dan  biaya  pembuatan  paspor.  Sementara  biaya  pelatihan  dan
              keberangkatan dari bandara ke lokasi penempatan pekerja migran untuk sektor tertentu akan
              ditanggung bersama Pemerintah Indonesia dan pemberi kerja di negara asing.


                                                           28
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34