Page 28 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2020
P. 28

melonjak dan membuat pemerintah di sejumlah negara memilih memprioritaskan warga mereka
              untuk mengisi peluang kerja yang sebelumnya diisi pekerja migran.

              Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani mengatakan,
              sudah 162.000 pekerja migran Indonesia (PMI) pulang selama pandemi. Hingga Agustus 2020,
              setidaknya 50.000 lagi akan pulang. Sebelumnya, mereka bekerja di Eropa, Asia, dan Amerika.
              "Untuk tenaga terampil relatif belum banyak (diberhentikan)," ujarnya.



              TANTANGAN DAN PELUANG PEKERJA MIGRAN PADA ERA PANDEMI

              Pandemi  Covid-19  tidak  hanya  menjadi  persoalan  kesehatan  semata.  Deraannya  membuat
              kinerja ekonomi limbung dan memicu pemutusan hubungan kerja. Angka pengangguran pun
              melonjak dan membuat pemerintah di sejumlah negara memilih memprioritaskan warga mereka
              untuk mengisi peluang kerja yang sebelumnya diisi pekerja migran.
              KRIS MADA


              Sampai  Februari  2020,  pekerja-an-pekerjaan  bergaji  rendah  dan  tidak  butuh  keterampilan
              khusus, umumnya, dikerjakan para migran di banyak negara. Kini, penduduk lokal di banyak
              negara memperebutkan apa pun pekerjaannya demi menjaga pendapatan.

              Dulu, pekerjaan berupah rendah dan tanpa keahlian khusus digarap pemegang visa pelajar,
              pendatang tanpa izin kerja, dan warga asing tanpa izin sah. Hanya mereka yang mau menerima
              upah kecil dari pekerjaan yang dianggap rendahan, seperti tenaga pembersih dan buruh angkut
              di banyak negara Asia, Eropa, dan Amerika Utara

              Pandemi  Covid-19  mengubah  semua  itu.  Amerika  Serikat  kini  mencatat  hampir  18  juta
              pengangguran. Uni Eropa mencatat total 14,3 juta pengangguran. Sementara negara-negara
              Teluk mencatatkan banyak pengangguran karena pukulan ganda pandemi dan penurunan harga
              minyak.  Di  Asia  Tenggara,  pandemi  melonjakkan  jumlah  pengangguran  di  Malaysia  dan
              Singapura, dua negara yang selama ini paling banyak disasar pekerja migran.

              Untuk  memangkas  persoalan  itu,  sejumlah  negara  mengambil  kebijakan,  yang  bagi  pekerja
              migran tentu dinilai tidak berpihak kepada mereka.

              Di tengah deraan pandemi Covid-19, pemerintah beberapa negara berusaha menyediakan apa
              pun lowongan pekerjaan untuk warga mereka, termasuk dengan mengurangi peluang pekerja
              migran.  AS  menerbitkan  sejumlah  kebijakan  untuk  mendorong  itu.  Kebijakan  terbarunya
              memaksa pelajar asing pulang selama proses pembelajaran masih daring. Hingga 1 juta pelajar
              asing  kini  kuliah  di  berbagai  perguruan  tinggi  AS  dan  bisa  terdampak  peraturan  baru  itu.
              Kebijakan-ke-bijakan itu diharapkan memberikan ratusan ribu lowongan kerja bagi warga AS.

              Sementara Arab Saudi dan Kuwait ditaksir akan memulangkan hingga 2,5 juta pekerja migran
              sampai Desember 2020. Pekerja berketerampilan rendah di kawasan Teluk paling terdampak.

              "Negara-negara  Teluk  ingin  meningkatkan  jumlah  pekerja  domestik  pada  pekerjaan  yang
              didanai pemerintah," kata peneliti Arab Gulf States Institute, Robert Mogielnicki, kepada Arab
              News.

              Mengutip  Gulf  Talent,  Arab  News  melaporkan  bahwa  perekrutan  pekerja  baru  di  kawasan
              merosot hingga 50 persen gara-gara Covid-19 dan penurunan harga minyak. Akibatnya, banyak
              pekerja migran harus pulang.




                                                           27
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33