Page 444 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 DESEMBER 2021
P. 444

KRONOLOGI KISRUH ANCAMAN MOGOK MASSAL SERIKAT PEKERJA PERTAMINA

              Ancaman mogok kerja yang dilayangkan Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB)
              kepada manajemen PT Pertamina (Persero) tak bisa dianggap remeh. Pasalnya, hubungan kedua
              pihak semakin runcing, meski telah mendapatkan mediasi dari Kementerian Ketenagakerjaan
              (Kemnaker).

              Dari hasil mediasi tersebut, Kemnaker menyatakan Pertamina dan FSBB sepakat untuk menjajaki
              komunikasi, termasuk soal pemotongan gaji yang menjadi keberatan serikat pekerja.

              "Audiensi tersebut menghasilkan sejumlah titik persoalan di antaranya konsultasi dan komunikasi
              antar  pihak  (yang)  masih  perlu  dioptimalkan,"  kata  Direktur  Jenderal  Perselisihan  Hubungan
              Industrial dan Jaminan Sosial Kemnaker Indah Anggoro Putri dalam pernyataan resmi di Jakarta,
              Kamis (23/12).

              Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga bakal mencermati insentif sesuai dengan isi perjanjian kerja
              bersama (PKB) dan memperkuat persepsi terkait kewenangan masing-masing sesuai ketentuan
              berlaku.

              Sebelumnya, pada 17 Desember 2021 lalu, FSPPB mengancam akan melakukan mogok kerja
              pada  dua  waktu  yang  berbeda,  yakni  29  Desember  2021 dan  7  Januari  2022. Aksi  tersebut
              disebut akan dilakukan oleh seluruh pekerja Pertamina.

              Pemicunya, karena tidak tercapainya kesepakatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) di internal
              perusahaan.  Selain  itu,  serikat  pekerja  juga  menuntut  agar  Direktur  Utama  Pertamina  Nicke
              Widyawati turun dari jabatannya.

              Kepala Bidang Media FSPPB Kapten Marcellus Hakeng Jayawibawa menilai Nicke tidak memiliki
              itikad baik untuk membangun hubungan kerja yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan.
              Namun demikian, Hakeng tak menjelaskan lebih lanjut mengenai masalah hubungan kerja yang
              tak harmonis dan komunikasi seperti apa yang mendorong serikat pekerja akan melakukan aksi
              mogok kerja.

              Hakeng mengklaim aksi mogok kerja ini merupakan yang pertama dalam sejarah serikat pekerja
              Pertamina. "Selama ini, bisa di track record kami tak pernah melakukan kegiatan atau aksi-aksi
              besar di luar kepentingan rakyat ya," terang dia.

              Alasan mogok lainnya adalah karena direksi Pertamina memutuskan memotong gaji karyawan
              di tengah penerapan work from home (WFH) atau bekerja dari rumah selama pandemi covid-
              19.

              "Tiba-tiba tanpa komunikasi yang baik kepada pekerja internal, direksi mengeluarkan kebijakan
              potong gaji karena dianggap bekerja dari rumah," ungkap Hakeng kepada CNNIndonesia.com,
              Senin (21/12).

              Menanggapi hal tersebut, pihak manajemen Pertamina mengatakan kebijakan pemotongan gaji
              karyawan  baru  sebatas  rencana  dan  belum  diimplementasikan.  "Rencana  program  ini
              (pemotongan  gaji)  belum  dijalankan  dan  masih  dalam  proses  mendapatkan  masukan  dari
              berbagai pihak," imbuh Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina, Rabu (22/12).

              Ia mengatakan rencana pemotongan gaji dibuat dalam rangka adaptasi menyambut momentum
              pasca pandemi. BUMN migas itu sedang membuat kajian program agile working.

              Hal tersebut juga dibenarkan oleh Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias
              Ahok. Ia mengingatkan manajemen bahwa pengurangan gaji harus dimulai dari direksi. Dengan

                                                           443
   439   440   441   442   443   444   445   446   447   448   449