Page 491 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 DESEMBER 2021
P. 491

Foto: Ratusan buruh dari beberapa aliansi melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Balai
              Kota,  Jakarta,  Senin  (29/11/2021).  Mereka  meminta  Gubernur  DKI  Jakarta  Anies  Baswedan
              mencabut  Surat  Keputusan  (SK)  upah  minimum  provinsi  (UMP)  2020.  (Andrean  Kristianto)
              Ratusan buruh dari beberapa aliansi melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Balai Kota,
              Jakarta, Senin (29/11/2021). Mereka meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencabut
              Surat  Keputusan  (SK)  upah  minimum  provinsi  (UMP)  2020.  (Andrean  Kristianto)  Ketika
              pemerintah  lebih  mengutamakan  komunikasi,  kalangan  pengusaha  yang  paling  tidak  suka
              dengan keputusan Anies tersebut bakal mengambil langkah hukum. Mereka bakal menggugat
              Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ke Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) setelah revisi
              peraturan gubernur terbaru keluar.

              Hingga  kini,  Anies  baru  menyampaikan  perubahan  UMP  secara  verbal.  Untuk  mengubahnya
              secara resmi harus melalui payung hukum yang jelas, dalam hal ini Pergub.

              "Kalo di-publish pergubnya kami mohon urungkan niatnya, kalau sudah diterbitkan dibatalkan
              kembali karena Pak Anies punya wewenang. Jika usaha kami nggak menghasilkan yang baik
              kami akan upaya hukum melalui PTUN," kata Wakil Ketua Apindo DKI Jakarta Nurjaman.
              Pengamat  politik  Agus  Pambagio  pun  menilai  pengusaha  bisa  mengambil  langkah  tersebut
              sebagai upaya hukum.

              "Silakan saja, sangat bisa PTUN, lakukan saja," katanya Kamis (23/12/21).

              Ia juga mempertanyakan dasar Anies dalam merevisi UMP DKI Jakarta tahun depan. Seharusnya
              kepala  daerah  atau  gubernur  menggunakan  PP  36  tahun  2021  tentang  Pengupahan  untuk
              menentukannya. PP 36 mengacu pada UU Cipta Kerja.

              "Pergub nggak bisa dikeluarkan saja tanpa liat Perda dan peraturan di atasnya," sebutnya.

              Akibat  Keputusan  Anies  yang  merevisi  upah  minimum  provinsi  DKI  Jakarta  tahun  2022  bisa
              berefek domino. Gubernur di daerah lain bisa mengubah kebijakan dengan menaikkan UMP di
              atas ketentuan Kementerian Ketenagakerjaan atau pemerintah pusat berdasar UU Cipta Kerja.

              "Pasti  lah  (Gubernur  lain  bisa  ikut),  apalagi  demo  juga  di  sana.  Kalau  demo  terus,  diteken,
              pengusaha mau bayar? makanya harus ada diskusi tripartit," katanya.

              Ia bilang nilai UMP yang berubah-ubah bisa berdampak pada ketidakpastian berusaha. Pasalnya,
              dunia  usaha  sudah  menyusun  struktur  skala  upah  sejak  bulan  lalu.  Jika  ada  perubahan
              mendadak, maka banyak perusahaan harus kembali menyusun ulang biaya untuk sumber daya
              manusianya (SDM).

              Untuk itu, pemerintah melalui Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah harus segera merespons
              yang terjadi di DKI Jakarta. Ia bilang Kemnaker tak boleh membiarkan kondisi berlarut-larut
              dalam jangka waktu lama. Jika tidak, kepastian usaha dan hukum menjadi tidak jelas.

              "Kemnaker harus take action, kalau nggak Presiden (bisa-bisa) nyuruh Menteri Marves lagi,"
              seloroh Agus.

              Namun, keputusan yang lahir dari Kemnaker tidak boleh lagi dalam bentuk Surat Edaran (SE)
              seperti yang sudah terjadi sebelumnya, misal dalam ketentuan Tunjangan Hari Raya (THR) di
              tahun  2020  lalu.  Bahkan,  dalam  penetapan  UMP  tahun  2021  pun,  Menaker  lagi-lagi  hanya
              mengeluarkan Nomor M/11/HK.04/2020 SE yang ditujukan kepada Gubernur se-Indonesia.
              "Makanya buat peraturan itu harus sesuai UU 12 tahun 2011 (Tentang Pembentukan Peraturan
              Perundang-Undangan) yang diperbarui UU 15 tahun 2019 (Tentang Perubahan atas UU 12 tahun


                                                           490
   486   487   488   489   490   491   492   493   494   495   496