Page 77 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 DESEMBER 2021
P. 77

Dari sejumlah daerah sentra industri di Jawa tersebut, Jawa Tengah dan Jawa Timur menetapkan
              upah terendah, yakni di bawah Rp 3 juta per bulan. Upah murah ini diharapkan bisa mei\jadi
              daya tarik investor untuk membenamkan investasi.

              Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan industri (Kadin) Indonesia Adi
              Mahfudz Wiihaci mengaku optimistis bahwa kebyakan pengupahan yang berlaku saat ini bisa
              berdampak  pada  meningkatnya  investasi,  baik  dari  penanaman  modal  asing  (PMA)  maupun
              penanaman modal dalam negeri (PMDN). "Kepastian upah buruh menjadi sangat penting, bila
              dilakukan sesuai regulasi," ujar Adi, Kamis (2/12)

              Apalagi, wilayah seperti Jawa Tengah memiliki potensi besar sebagai sentra industri masa depan,
              terutama Batang dan Kendal. Bahkan, industri di dua wilayah ini terus berkembang dan saat ini
              menyerap lebih dari 27.000 pekerja

              Penetapan upah 2022 merupakan hasil dari Undang-Undang (UU) Nomor 11/ 2021 tentang Cipta
              Kerja. UU ini adalah omnibus la w, menyapu bersih banyak aturan yang menghambat investasi.
              Hanya  saja,  UU  ini  saat  ini  cacat  formil  sesuai  putusan  Mahkamah  Konstitusi  (MK).  MK
              memberikan waktu dua tahun untuk perbaikan. Kondisi ini rawan mencuatkan protes karena
              tidak  adanya  kepastian.  Upah  murah  memang  bisa  menjadi  salah  satu  daya  tarik  investasi,
              namun kepastian juga dibutuhkan investor.
              Ekonom Universitas Indonesia Teuku Riefky menyebut, upah murah di Jawa Tengah terutama
              memang bisa menarik bagi investor untuk masuk. Upah dan produktivitas rendah hingga kini
              menjadi masalah ketenaga kerjaan di Indonesia

              Kata  Riefky,  di  level  global,  Indonesia  dinilai  mahal  ongkos  memperkerjakan,  ongkos
              memberhentikan, dan ongkos pesangon jika terjadi pemutusan hubungan kerja.

              Ini pula yang membuat industri dalam negeri kurang kompetitif. "Padahal investasi asing sangat
              diperlukan, untuk kemudian mendorong adanya transfer teknologi, meningkatkan knowledge,
              skil buruh," kata Riefky kepada Kontan, Kamis (2/12).

              Riefky mengingatkan upah murah hanya satu aspek untuk mengundang investor. Aspek lain
              yang perlu diperhatikan adalah kepastian hukum, kepastian berusaha, dan kemudahan proses
              hukum.

              Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho sepakat kalau investor tak melulu melihat upah
              murah. Ada pertimbangan lain untuk memastikan investasi. "Misalnya ketersediaan infrastruktur,
              kemudahan  izin  berusaha,  dan  soal  kemampuan  daerah  dalam  memberantas  pungutan  liar
              (pungli) yang membuat ekonomi biaya tinggi bagi investor," ujar dia

              Sementara  Sekretaris  Jenderal  Organisasi  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (OPSI)  Timboel  Siregar
              menilai, penetapan upah buruh yang rendah belum berart i daerah bisa menarik bagi investor.

              Timboel mengingatkan, penetapan upah yang rendah akan berimbas pada kemampuan daya
              beli masyarakat yang menurun. Alhasil, investor tentu juga akan mempertimbangkan daya beli
              masyarakat  dalam  melakukan  ekspansi  bisnis  mereka.  "Kalau  daya  beli  masyarakat  rendah
              bagaimana barang dan jasa yang diproduksi investor akan dikonsumsi?," ujarnya.

              Daya beli yang rendah sebagai efek upah murah, kata Timboel bisa menyebabkan barang dan
              jasa yang diproduksi investor kurang laku.
              Menurutnya, investor masuk ke Indonesia karena melihat pasar besar. "Jumlah penduduk yang
              besar yang disasar, faktor upah rendah tidak terlalu penting," kata dia


                                                           76
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82