Page 235 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 SEPTEMBER 2021
P. 235

PEMDA DIMINTA TETAPKAN UMK UPAH MINIMUM 2022 PAKAI PERDA BUKAN UU
              OMNIBUS LAW
              Jakarta Buruh meminta pemerintah daerah (Pemda) tidak menetapkan UMK atau upah minimum
              2022 berdasarkan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Dengan besaran kenaikan 7 sampai 10 persen
              di tahun depan.

              Ini diungkapkan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia ( KSPI ) Said Iqbal di Jakarta,
              Rabu (29/9/2021).

              "KSPI berpendapat setiap kepala daerah bupati atau walikota berhak dari berbagai kajian hukum
              yang kami lakukan menetapkan upah di atas upah minimum," jelas dia saat konferensi pers.

              Dari kajian hukum KSPI, penetapan upah minimum pemda bisa berlandaskan hukum peraturan
              daerah (perda). Hal ini disebut tidak bertentangan dengan UU Omnibus Law Cipta Kerja.
              "Dalam  UU  cipta  kerja  tidak  ada  satupun  ayat  yang  menyatakan  UMSK  dilarang.  Dengan
              demikian perda tidak bertentangan dengan UU sepanjang nilainya lebih baik dari UU," tegasnya.

              Dengan dasar inilah buruh menilai upah minimum sektoral bisa ditetapkan bupati atau walikota.
              Bentuk penetapan upah bisa beragam tergantung pada kebijakan masing-masing kepala daerah.

              "Betuknya macam-macam. Ada namanya kelompok industri upah minimum, jenis usaha upah di
              atas upah minimum, apapun namanya diserahkan ke bupati atau walikota," tegas dia.

              KSPI  meminta  pemerintah  menetapkan  kenaikan  rata-rata  upah  minimum  2022  atau  UMK
              sebesar 7 sampai 10 persen.

              Hitungan ini mengacu pada survei lapangan dan pasar yang dilakukan KSPI tentang kebutuhan
              hidup layak buruh yang terdiri dari 60 item.

              "Setelah dikalkulasi dari 60 item muncul kenaikan rata-rata antara 7 sampai 10 persen. Dengan
              demikian KSPI meminta pemerintah tetapkan UMK 2020 sebesar 7 sampai 10 persen," jelas Said
              Iqbal.


              Menurut dia besaran upah ini sesuai dengan melihat kondisi buruh yang terdampak pandemi
              Covid-19. Kenaikan upah dinilai bisa kembali membangkitkan daya beli buruh.

              Besaran kenaikan 7-10 persen merupakan rentang kenaikan upah yang tiap daerah memiliki
              kisaran berbeda-beda.

              "Pandemi pukul dan hancurkan daya beli buruh dan menyebabkan PHK dan untuk meningkatkan
              daya beli maka instrumen dengan menetapkan UMK," kata dia.




















                                                           234
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240