Page 65 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 JUNI 2020
P. 65

Pasal  27  ayat  (lb)  UU  No.  4/2016 tentang Tapera  junto  Pasal  38  ayat  (lb)  PP  No.  25/2020
              tentang  Penyelenggaraan  Tapera  menyebutkan  akses  pembiayaan  hanya  mengakomodasi
              pekerja yang masuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah, dengan upah di bawah Rp8
              juta per bulan.

              "Nyatanya, banyak pekerja swasta yang upahnya di atas Rp8 juta tetapi belum memiliki rumah,"
              tegas  Sekjen  Organisasi  Pekerja  Seluruh  Indonesia  Timboel  Siregar  saat  dihubungi,  Selasa
              (16/6).
              Kendala lain dihadapi oleh pekerja informal dengan upah tak menentu atau bahkan di bawah
              upah minimum. Dalam hal ini, Timboel mengatakan pemerintah seharusnya menyiapkan subsidi
              yang mumpuni demi menjamin pemenuhan kebutuhan dasar papan tiap warga negara.

              Pengganjal lain datang dari kriteria pembiayaan yang mengacu pada sejumlah aspek prioritas.
              Kriteria ini mencakup lama keikutsertaan program, tingkat kedisiplinan pembayaran, urgensi
              kepemilikan rumah, dan ketersediaan pemanfaatan.

              "Dalam hal ini, pekerja formal maupun informal akan menghadapi persaingan dengan ASN yang
              jelas terjamin rutinitas pembayarannya. Pekerja swasta rentan menjadi korban PHK sehingga
              pembayaran bisa terhenti," lanjurnya.

              Untuk itu, Timboel menyarankan fasilitas pembiayaan perumahan bagi pekerja formal swasta
              diarahkan  pada  manfaat  layanan  tambahan  (MU)  jaminan  hari  tua  (JHT)  di  BPJS
              Ketenagakerjaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 35/2016
              tentang  Tata  Cara  Pemberian,  Persyaratan,  dan  Jenis  Manfaat  Layanan  Tkmbahan  dalam
              Program Jaminan Hari TUa

              Menurutnya,  MIT  tak  jauh  berbeda  dengan  Tapera  yang  meliputi  kredit  pemilikan  rumah,
              pinjaman uang muka perumahan, dan pinjaman renovasi.

              "Selain  itu,  MLT  ini  tidak  ada  kriteria  MBR  sehingga  seluruh  pekerja  formal  swasta  bisa
              merasakannya, fokusnya pun tetap sama yakni pembiayaan rumah pertama."

              FOKUS PERTAMA

              Kepala Sub Direktorat Fasilitas Kesejahteraan Pekerja Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial
              dan Jaminan Sosial Kemenaker Bondet Yudaswarin menyatakan implementasi program Tapera
              pada tahun pertama, yaitu 2021, bakal difokuskan pada ASN. Dia pun membantah tudingan
              bahwa pemerintah tak tanggap di tengah Covid-19 lewat penerbitan PP No. 25/2020.

              "Amanat UU Tapera yang terbit pada 2016 sendiri menyebutkan bahwa PP terbit dua tahun
              setelahnya. Bukan berarti peserta langsung diminta mengiur karena BP Tapera beroperasi pada
              2021," kata Bondet.

              Dia  menjelaskan  prioritas  keberlangsungan  program  ini  pada  tahap  awal  nanti  adalah
              pengembalian  hak-hak  bagi  pensiunan  ASN  yang  terhimpun  dalam  Tabungan  Perumahan
              Pegawai Negeri Sipil Cliperum-PNS) dan pemindahan dana program itu ke Tapera sebagai saldo
              awal.

              Seiring  dengan  bertambahnya  kewajiban  iuran  yang  dibebankan  kepada  pekerja,  Bondet
              menjelaskan  tidak  akan  serta-merta  memengaruhi  upah  minimum  yang  disusun  oleh
              Kemenaker.

              Pun demikian, dia mengatakan upah minimun sendiri bakal terus disesuaikan tiap tahunnya.




                                                           64
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70