Page 234 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 JULI 2020
P. 234

Pemerintah berencana mengirim kembali pekerja migran Indonesia (PMI) atau biasa disebut
               tenaga  kerja  Indonesia  (TKI)  ke  luar  negeri.  Negara  tujuan  PMI  tersebut  Taiwan  dan
               Hongkong. Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengatakan, pengiriman PMI jangan
               hanya dari sektor informal. Pasalnya, tidak sedikit PMI informal yang rentan mendapatkan
               perlindungan. Sementara itu, Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)
               Benny Rhamdani mengatakan, harus ada penanganan khusus dan spesifik penempatan PMI
               ABK, terutama ABK penangkap ikan yang bekerja di laut lepas atau dikenal ABK LG/letter of
               guarantee.



               JANGAN HANYA KIRIM TKI INFORMAL

               Pentingnya Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri

               Pemerintah berencana mengirim kembali pekerja migran Indonesia (PMI) atau biasa disebut
               tenaga  kerja  Indonesia  (TKI)  ke  luar  negeri.  Negara  tujuan  PMI  tersebut  Taiwan  dan
               Hongkong. Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengatakan, pengiriman PMI jangan
               hanya dari sektor informal. Pasalnya, tidak sedikit PMI informal yang rentan mendapatkan
               perlindungan.

               "Kalau PMI formal berarti tenaga kerja kita siap dengan skill dan kompetensinya. Mereka
               memiliki keahlian sesuai yang diinginkan. Jadi PMI kita lebih dihargai," ujar Rahmad Handoyo
               di Senayan, Jumat (10/7).

               la menyebutkan, angka PMI informal masih mendominasi, yakni lebih dari 50 persen. Hal ini
               menunjukkan PMI belum memiliki skill yang kompeten. "Jangan kita kirim PMI dengan skill
               bawah, yang hanya kecakapan bekerja saja. Dengan pengiriman PMI formal kan kita lebih
               terhormat. Kita akan dorong terus program pengiriman PMI formal," katanya.

               Untuk  keselamatan  PMI,  khususnya  di  sektor  perikanan  harus  ada  protokol  keselamatan
               sesuai SOP. Hal ini penting untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja. "Kalau kecelakaan
               kerja di luar SOP keselamatan kerja ini harus jadi perhatian kita dengan evaluasi menyeluruh,"
               ungkapnya.

               Rahmad meminta kepada pemerintah agar ada perjanjian jelas antara anak buah kapal (ABK)
               dengan  perusahaan  penyedia  jasa  di  negara  penempatan.  Hal  ini  untuk  memastikan
               keselamatan  dan  perlindungan  terhadap  ABK.  Sehingga,  ketika  terjadi  kecelakaan  kerja
               hingga  mengancam  keselamatan  PMI,  keluarga  dan  ahli  waris  bisa  memperoleh  hak-hak
               mereka.  "Hak  ABK  dan  keluarga  harus  terlindungi.  Ketika  terjadi  sesuatu  itu  semua  bisa
               diklaim oleh ahli waris. Jadi asuransi harus serius diperhati-in," katanya.

               Hal yang sama diungkapkan Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid. Ia menegaskan, pekerja
               informal  sangat  rentan  mendapatkan  perlindungan.  Terutama  PMI  informal  perempuan
               sebagai  pembantu  rumah  tangga.  Mereka  memilih  pekerjaan  tersebut  karena  sulit
               mendapatkan pekerjaan di dalam negeri. Padahal dalam Pancasila itu telah dituangkan dalam
               sila kedua.

               "Mau  cari  pekerjaan  halal  di dalam  negeri  sudah,  maka  mereka  mengambil  pilihan  untuk
               bekerja ke luar negeri sebagai TKW. Kita bukan negara babu, apalagi menjadi babu negara
               lain. Kita harus ingat pesan Bung Karno yang termaktub dalam sila kedua Pancasila," katanya.
               Sementara  itu,  Kepala  Badan  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  (BP2MI)  Benny
               Rhamdani mengatakan, harus ada penanganan khusus dan spesifik penempatan PMI ABK,



                                                      Page 233 of 345.
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239