Page 135 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2021
P. 135

Para  buruh  mendesak  mendesak  Gubernur  Jateng  Ganjar  Pranowo  untuk  menaikan  Upah
              Minimum Provinsi atau UMP alias Upah Minimum Kabupaten/Kota atau UMK Jateng 2022 lebih
              dari 10% pada 21 November mendatang.

              Namun,  keinginan  para  buruh  tersebut  tidak  menjadi  kenyataan  karena  Ganjar  tengah
              melakukan kunjungan ke Kabupaten Blora.

              Dikutip  dari  Solopos.com,  para  buruh  akhirnya  ditemui  Sekretaris  Daerah  (Sekda)  Jateng,
              Sumarno, untuk berdialog.

              Sekretaris  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  atau  KSPI  Jateng,  Aulia  Hakim  mengaku,
              kecewa tidak bisa menggelar audensi dengan Gubernur Ganjar terkait tuntutan buruh agar UMP
              dan UMK Jateng 2022 mengalami kenaikan lebih dari 10%.

              “Kemarin kita komunikasi dengan Pak Gubernur katanya akan diusahakan. Tapi, itu juga enggak
              pasti. Harusnya dipastikan, kalau tidak bisa, ya bilang tidak bisa. Tapi, akhirnya tadi kami dapat
              telepon,  katanya  Pak  Gubernur  siap  melakukan  audensi.  Kami  minta  sebelum  tanggal  16
              November, karena tanggal 21 November sudah penetapan UMP,” kata Aulia Hakim.

              Para buruh menuntut agar Pemprov Jateng menetapkan UMK Jateng 2022 naik lebih dari 10%
              dibanding tahun 2021.

              Pada  tahun  2021,  besaran  UMK  Jateng  mencapai  Rp1.798.979,  12.  Oleh  karenanya,  jika
              mengalami kenaikan 10% lebih, maka UMK Jateng 2022, sesuai tuntutan buruh, adalah di atas
              Rp1.978.877,032.

              “Angka itu (lebih dari 10%) sesuai dengan formula kami, yang melibatkan unsur kebutuhan
              hidup  layak  (KHL)  dalam  penetapan  UMP.  Makanya,  kami  minta  Pak  Gubernur  tidak
              menggunakan PP No.36/2021 tentang Pengupahan, yang tidak melibatkan KHL dalam penetapan
              upah,” tegas Aulia.

              Dalam kesempatan itu, buruh dari berbagai organisasi serikat pekerja juga menyuarakan agar
              pemerintah  membatalkan  Omnibus  Law,  memberlakukan  Upah  Minimum  Sektoral
              Kabupaten/Kota (UMSK), serta menghapus aturan perjanjian kerja bersama (PKB) yang termuat
              dalam Omnibus Law.






























                                                           134
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140