Page 149 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2021
P. 149

Dia berdalih, harga barang yang kian melonjak akan sangat berdampak pada penurunan daya
              beli  masyarakat.  Ketika daya  beli  menurun  maka  tingkat  kesejahteraan  masyarakat  di suatu
              daerah akan bermasalah.

              "Kita  lihat  juga  pertumbuhan  Investasi  di  Kota  Batam.  Katanya  sudah  menggeliat.  Artinya
              ekonomi sudah berjalan. Tentu perusahaan pasti masih sanggup untuk membayar karyawannya
              dengan angka tersebut," jelas Suprapto. Tidak hanya sampai disitu, Suprapto bahkan menilai
              penetapan angka UMK hanya berdasarkan pada PP Nomor 36 Tahun 2001 dianggap sangat tidak
              adil bagi kaum buruh.

              "Selama dua tahun ini sejak ada pandemi ini, upah sektoral pun dihilangkan. Seakan-akan tidak
              ada  lagi  upah  yang  berkeadilan,"  keluh  Suprapto.  Menurut  Suprapto,  upaya  sektoral  harus
              seharuskan tetap diberlakukan mengingat Kota Batam merupakan kawasan industri yang sangat
              maju. Dengan demikian, para pekerja semestinya dibayar sesuai dengan Jenis pekerjaannya.

              "Selama  dua  tahun  ini  semuanya  dipukul  rata.  Sebenarnya  harus  dibedakan  menurut  jenis
              pekerjaannya.  Misalnya,  teman-teman  di  galangan  kapal  yang  risiko  kerjanya  sangat  tinggi.
              Tidak mungkin disamakan dengan pekerja yang ada di pusat perbelanjaan." beber Panglima
              Garda Metal FSPMI Kota Batam.

              Namun demikian, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam justru berpandangan lain.
              Ketua Apindo Kota Batam. Rafki  Rasyid mengatakan tidak ada lagi usulan angka UMK Tahun
              2022 baik dari pihak pekerja maupun dari pengusaha. Sebab. UMK Tahun 2022 akan diatur
              berdasarkan formulasi dari pemerintah pusat yang diatur dalam PP Nomor 36 Tahun 2001.

              "Pengupahan di Kota Batam itu berdasarkan data statistik dari BPS Kota Batam sendiri. Paling
              lambat 10 November 2021 datanya bisa diterima." sebut Rafki .

              Terkait  permintaan  kenaikan  nilai  UMK  Tahun  2022  sebesar  7-10  persen.  Rafki  menanggapi
              dengan mengatakan hal tersebut perlu didasarkan pada aturan tertentu. Jika serikat pekerja
              menuntut kenaikan tersebut, maka tuntutan Itu mesti memiliki dasar yang jelas.

              "Kalau minta naik 7-10 persen, itu perlu ada dasarnya yang jelas. Kita mengimbau kawan-kawan
              pekerja untuk mematuhi formulasi dari pemerintah dan tidak menggiring angka di luar dasar
              formulasi." ungkap Rafki.
              Dia menjelaskan, saat ini pertumbuhan perekonomian Indonesia masih relatif rendah setelah
              hampir masuk ke jurang resesi akibat pandemi Covid-19. Dalam situasi seperti ini pengusaha
              masih kesulitan untuk membayar upah karyawan.

              "Kita 'kan baru mau keluar dari zona itu. Bahkan masih banyak teman-teman kita di pariwisata
              yang gajinya masih dibayar 50 persen." ujar Rafki.

              Oleh karena itu, Ketua Apindo Kota Batam itu sekali lagi menegaskan kepada para pengusaha
              dan pekerja untuk mengikuti seluruh formulasi yang berlaku. Semuanya perlu dilakukan untuk
              menemukan upah yang berkeadilan.

              "Kalau angkanya tinggi, kita mengimbau perusahaan untuk patuh. Apabila angkanya rendah atau
              tidak  ada  kenaikan,  teman-teman  pekerja  Juga  harus  mematuhi  dan  tidak  memaksakan
              kehendak dengan menggelar aksi di jalan." pesan Rafki.

              Dia kemudian mengingatkan para buruh bahwa aksi turun ke jalan justru mempengaruhi tingkat
              kepercayaan Investor. Jika daerah tidak kondusif maka investor juga ragu untuk berinvestasi di
              sini. Ketika Investor menarik investasinya, itu tentu akan mempengaruhi angka pengangguran
              di Kota Batam

                                                           148
   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153   154