Page 259 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2021
P. 259

KSPI: JIKA TUNTUTAN KENAIKAN UPAH TIDAK DIKABULKAN, AKSI DAN MOGOK
              KERJA AKAN DIPERLUAS
              KBR, Jakarta - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia KSPI akan memperluas aksi unjuk rasa dan
              melakukan  mogok  kerja  jika  tuntutan  mereka  tentang  kenaikan  upah  minimum  2022  tidak
              dikabulkan pemerintah.

              Ketua Departemen Komunikasi dan Media KSPI Kahar S. Cahyono mengatakan aksi lanjutan akan
              dilakukan  di  akhir  2021  apabila  permohonan  KSPI  tidak  dituruti.  Saat  ini  KSPI  tengah
              berkomunikasi dengan serikat pekerja lain untuk melakukan rencana unjuk rasa bersama.

              "Unjuk rasa penaikan UMP ini berkorelasi dengan putusan MK yang kami tunggu. Jika putusan
              MK tersebut mengecewakan, dan UMP tidak menggembirakan, maka seperti kata presiden kami
              Said  Iqbal,  kami  akan  melakukan  pemogokan  nasional,"  ujar  Kahar  saat  dihubungi  melalui
              telepon, Rabu (10/11/2021).

              Kahar bersikeras, para buruh yang tergabung di dalam KSPI tetap bersikukuh mengajukan empat
              tuntutan kepada pemerintah.

              Pertama, menaikkan upah minimum sebesar 7-10 persen.

              Kedua, memberlakukan upah minimum sektoral atau UMSK 2021 dan UMSK 2022.

              Ketiga, meminta Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan Undang-undang (UU) Cipta Kerja.

              Keempat, perjanjian kerja bersama (PKB) dilaksanakan tanpa ketentuan UU Cipta Kerja.

              Kahar Cahyono mendesak pemerintah memenuhi tuntutan yang diajukan oleh KSPI, yang salah
              satunya berisi penaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 7-10 persen.

              Penaikan  UMP  tersebut,  menurut  Kahar,  adalah  salah  satu  instrumen  untuk  meningkatkan
              perekonomian para buruh. Dengan peningkatan UMP diharapkan daya beli dan konsumsi para
              buruh akan ikut terkerek.

              Baca  Juga:  Penaikan  upah  sebesar  7-10  persen  tersebut  merujuk  pada  perhitungan  KSPI
              terhadap standar kehidupan hidup layak (KHL) di beberapa provinsi.
              "Survei KSPI dalam beberapa provinsi menemukan, rerata KHL berkisar 7-10 persen. Itulah yang
              menjadi dasar bagi KSPI untuk memintah kenaikan upah mengacu pada KHL sesuai dengan UU
              No.13 Tahun 2003. Walau pun sekarang ada UU Cipta Kerja, tapi kami minta kepada pemerintah
              menggunakan untuk tidak menggunakan itu karena UU Cipta Kerja masih judicial review di MK.
              Sehingga  kami  berpandangan,  sebelum  ada  putusan  yang  bersifat  inkrah,  maka  kami
              menggunakan aturan yang lama" kata Kahar.

              Terkait  dengan  perusahan  yang  terdampak  Covid-19,  KSPI  tidak  menuntut  adanya  kenaikan
              upah.  Namun,  syaratnya  perusahaan  itu  harus  bisa  membuktikan  melalui  pemeriksaan  dari
              akuntan publik yang menyatakan perusahaan tersebut mengalami kerugian selama dua tahun
              berturut-turut sehingga belum mampu menaikkan upah buruh pada saat ini.


              Kahar mengatakan, hingga kini belum ada pertemuan khusus membahas masalah penaikan upah
              minimum  antara  KSPI  dengan  Asosisasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)  dan  Kamar  Dagang
              Indonesia (Kadin).

              KSPI mencatat aksi unjuk rasa serempak hari ini berlangsung sejak pukul 10 pagi di

              24 provinsi yang melibatkan 10 ribu buruh yang tersebar di sejumlah

                                                           258
   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263   264