Page 42 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 MARET 2019
P. 42
Title KEBERADAAN TKA DI INDONESIA BUKTI TENAGA KERJA MISKIN SKILL
Media Name republika.co.id
Pub. Date 18 Maret 2019
https://republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/pojhhi383/keberadaan- tka-di-
Page/URL
indonesia-bukti-tenaga-kerja-miskin-ltemgtskillltemgt
Media Type Pers Online
Sentiment Negative
Isu tenaga kerja dan pengangguran menjadi salah satu topik penting dalam Debat
Cawapres 2019 yang diadakan di Hotel Sultan Jakarta, Ahad (17/3). Salah satu yang
disinggung adalah mengenai keberadaan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia.
Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengkritik aturan Pemerintah
yang memudahkan TKA bekerja di Tanah Air. Kemudahan masuknya TKA ke dalam
negeri dinilai akan menyulitkan warga negara Indonesia mendapatkan pekerjaan.
Sementara Cawapres nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin menilai TKA di Indonesia masih
terkendali dengan jumlahnya yang di bawah 0,01 persen. Ma'ruf menyebutkan
bahwa TKA masuk ke sektor-sektor yang tidak memiliki tenaga kerja dengan skill
yang dibutuhkan.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
Ahmad Heri Firdaus, isu maraknya TKA merupakan 'tamparan' bagi Indonesia
sebagai negara dengan populasi ke 4 terbanyak di dunia.
"Kalau benar TKA yang masuk adalah legal, berarti ini menandakan bahwa tenaga
kerja kita benar-benar miskin skill," ujar Ahmad Heri Firdaus menanggapi topik
tersebut, Ahad (17/3).
Dia memaparkan, dilihat dari data struktur ketenagakerjaan bahwa memang benar
tenaga kerja kita sebanyak 58,8 persen adalah tamatan pendidikan rendah (SD dan
SMP). Dengan demikian, dinilai sulit bagi mereka untuk menyambut era ekonomi
baru yang serba automasi (digital). Sebagai contoh, Pemerintah telah memutuskan
untuk menetapkan kawasan ekonomi khusus (KEK) di berbagai daerah,
mengundang investor untuk masuk ke KEK ini. Namun tenaga kerja di daerah KEK-
nya tersebut tidak disiapkan utk mendukung investor yang mau masuk. Kondisi ini
menjadi alasan bagi investor untuk bisa memboyong tenaga kerja dari negara
asalnya. Menurut Heri, kedua pihak seharusnya lebih mempertimbangkan mengenai
transfer pengetahuan (knowledge) ke tenaga kerja lokal. Ini yang harus dipertegas
dalam kesepakatan apabila ada TKA yang mau masuk, harus ada transfer
knowledge ke tenaga kerja lokal.
"Kalau perlu tenaga kerja lokal diajari bagaimana mereka 'pandai' mengadopsi
knowledge dari TKA. Perlu upaya untuk mengakselerasi skill tenaga kerja lokal untuk
menghadapi maraknya TKA yang cenderung semakin masif," jelasnya.
Page 41 of 117.