Page 136 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 NOVEMBER 2021
P. 136

neutral  -  Ahmad  Riza  Patria  (Wakil  Gubernur  DKI  Jakarta)  Nanti  pada  waktunya  akan
              disampaikan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ada prinsipnya kami akan memberikan
              yang terbaik



              Ringkasan

              Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan
              menyebutkan  pemberlakuan  upah  minimum  provinsi  (UMP)  sebesar  1,09  persen  tidak  bisa
              disamaratakan  di  semua  provinsi.  Menurut  Abdul  Manap,  UMP  yang  berpengaruh  terhadap
              kesejahteraan para pekerja tidak bisa dipukul rata, karena situasi antar daerah yang berbeda
              dan harus ada pertimbangan kontribusi pada ekonomi.


              INDEF: PEMBERLAKUAN UMP 1 PERSEN TAK BISA DISAMARATAKAN

              Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan
              menyebutkan  pemberlakuan  upah  minimum  provinsi  (UMP)  sebesar  1,09  persen  tidak  bisa
              disamaratakan  di  semua  provinsi.  Menurut  Abdul  Manap,  UMP  yang  berpengaruh  terhadap
              kesejahteraan para pekerja tidak bisa dipukul rata, karena situasi antar daerah yang berbeda
              dan harus ada pertimbangan kontribusi pada ekonomi.

              “Sebaiknya  dipilah-pilah  agar  memberikan  dorongan  bagi  pekerja,  kalau  semua  dipukul  rata
              tanpa lihat kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi, agak kurang pas juga,” kata Abdul
              Manap saat dihubungi Di Jakarta, Kamis.

              Alternatifnya, ujar dia, bagi para pekerja di daerah yang ekonominya ditopang oleh industri padat
              karya,  dan  berkontribusi  besar  pada  perekonomian,  bisa  tumbuh  lebih  tinggi  upahnya.
              Pertimbangan lainnya, harus memperhatikan besaran inflasi daerah, yakni inflasi yang sangat
              berpengaruh pada kesejahteraan para pekerja.

              “Kalau mau dipahami, kenapa pertumbuhan UMP hanya segitu, karena inflasinya rendah. Kalau
              melihat inflasi pangan, ternyata tinggi yakni 3,65 persen dan seharusnya itu menjadi rujukan,
              karena pangan erat kaitannya dengan kesejahteraan,” ucap Abdul.

              Sejumlah formula tersebut, kata Abdul, bisa diterapkan oleh Pemprov DKI Jakarta yang akan
              menentukan  besaran  kenaikan  UMP  pada  Jumat  (19/11).”Prinsipnya  rumus  yang  tadi  bisa
              digunakan  untuk  menentukan  berapa  kenaikan  upah,  meski  tidak  selalu  sama  tapi  dilihat
              bagaimana perkembangannya industri dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.

              Menurut Abdul, berapa kontribusi terhadap ekonomi daerah. “Kalau sudah besar jangan dibebani
              sangat besar, karena bisa berdampak ekonomi daerahnya tidak tumbuh, padahal berkontribusi
              besar buat ekonomi daerah,” ujarnya.

              Abdul mengakui, situasi ini sulit, di satu sisi bagaimana mengakomodasi keinginan buruh, dan di
              sisi lain tidak membebankan industri. “Kalau saat ini situasinya masih repot. Kalau dipaksakan
              tinggi, maka industri manufaktur yang baru mulai bangkit dari pandemi, semakin sulit, karena
              triwulan kemarin pertumbuhan ekonomi masih belum bagus,” ucapnya.

              Pemerintah akhirnya mengambil keputusan soal UMP untuk 2022, yang akan menjadi acuan bagi
              semua provinsi di Indonesia.

              “Setelah melakukan simulasi, tentu akan ditetapkan gubernur, nilainya berdasarkan data Badan
              Pusat Statistik (BPS) rata-rata kenaikan upah minimum 1,09 persen. Ini rata-rata nasional, kita

                                                           135
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141