Page 56 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 NOVEMBER 2021
P. 56

"Kenaikan  upah  minimum  justru  memperluas  kesempatan  kerja  dan  itu  positif  terhadap
              multiplayer  pada  perekonomian.  Adapun  saya  juga  coba  hitung,  misalnya  upah  pekerja  di
              Yogyakarta Rp1,7 jutaan, harus menanggung 4 orang anggota keluarga, ya gak cukup. Garis
              kemiskinannya aja sekitar Rp380 ribu. Artinya saat satu orang ini menanggung 4 orang lainnya
              dalam  satu  keluarga.  Maka  UMP  tidak  akan  mencukupi,"  jelas  dia  kepada  Tirto,  Kamis
              (18/11/2021).

              Bhima mengatakan, ada pemahaman keliru yang digunakan pemerintah dalam melihat kondisi
              perekonomian  nasional  dalam  rangka  menetapkan  besaran  upah  minimum  2022.  Argumen
              pemerintah yang menyebut kenaikan upah yang terlalu tinggi bisa membebani kalangan usaha
              dan menghambat pemulihan ekonomi, adalah salah.

              Menaker: Perusahaan Bayar Upah di Bawah UMP Terancam Pidana Respons Wagub Riza soal
              Kenaikan UMP 2022 Jakarta jadi Rp4,8 Juta Sanksi bagi Perusahaan Tak Bayar sesuai Upah
              Minimum  Ia  mengacu  pada  kajian  yang  dilakukan  David  Card,  ekonom  dan  pengamat
              perburuhan dari Universitas California yang berhasil meraih penghargaan Nobel pada 2021.

              "Yang menarik itu, dari David Card, menunjukkan bahwa justru kenaikan upah minimum itu tak
              membuat pengangguran mengalami kenaikan, justru sebaliknya," kata dia.

              Bhima melanjutkan, dengan upah yang layak, buruh atau pekerja jadi memiliki daya beli yang
              lebih baik. Kemampuan mereka untuk belanja pun meningkat dan kondisi ini bisa meningkatkan
              konsumsi  terhadap  berbagai  produk.  Bagi  Indonesia  dengan  karakteristik  ekonomi  yang
              dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat, kata Bhima, teori ini relevan.

              "Upah  minimum  dinaikkan,  ekonomi  bergerak  lebih  tinggi.  Maka  pengusaha  akan  membuka
              lowongan kerja baru," kata Bhima.

              Menurutnya, kajian tersebut sangat relevan bila dikaitkan dengan profil ekonomi tanah air yang
              digerakkan oleh konsumsi rumah tangga.
              Sederhananya, dengan upah yang layak, buruh bisa memiliki daya beli yang lebih baik yang bisa
              mendorong  tingkat  konsumsi  rumah  tangga.  Secara  nasional,  kenaikan  daya  beli  ini  bisa
              mempercepat bergeraknya kembali perekonomian nasional.

              Sebaliknya, bila  pemerintah  gagal  menaikkan daya  beli  masyarakat,  maka  yang  akan terjadi
              adalah lesunya penjualan barang-barang ritel yang membuat sektor industri ritel yang sangat
              mengandalkan konsumsi masyarakat akan semakin tertekan dan menderita.

              Bhima menegaskan, sah-sah saja pemerintah menetapkan UMP dengan besaran kenaikan yang
              sangat tipis. Namun, ada konsekuensi yang harus ditempuh yakni meningkatkan alokasi bantuan
              sosial kepada masyarakat agar daya belinya terjaga.

              "Kalau  memang  pemerintah  kekeuh  dengan  upah  yang  naiknya  hanya  1  persen  maka
              konsekuensinya adalah belanja sosial pada para pekerja dinaikkan di atas 10 persen di tahun
              depan," tandas dia.

              Bagaimana pun UMP 2022 telah ditetapkan, dari tuntutan buruh kenaikan sekitar 7-10 persen,
              ternyata jauh dari harapan yang hanya naik tipis 1 persen. Yang ditegaskan pemerintah usai
              penetapan UMP 2022 yakni soal sanksi bagi perusahaan yang membayar sesuai upah minimum.

              Menaker  Ida  Fauziah  menyatakan  perusahaan  yang  tidak  membayar  upah  pekerja  sesuai
              ketentuan  upah  minimum  (UM)  terancam  sanksi  pidana.  Perusahaan  wajib  membayar  upah
              pekerja sekurang-kurangnya senilai upah minimum 2022 atau Upah Minimum Sektoral (UMS)



                                                           55
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61