Page 40 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JUNI 2020
P. 40
KORBAN KAPAL CINA TERUS BERTAMBAH
30 ABK menjadi korban perbudakan di kapal Cina dalam delapan bulan terakhir.
JAKARTA --- Kasus dugaan penyiksaan anak buah kapal (ABK) asal Indonesia di kapal
berbendera Cina kembali terulang. Kasus ketiga dalam dua bulan terakhir teijadi pada Jumat
(5/6), di mana dua orang ABK nekat melompat ke laut Selat Malaka karena tidak tahan dengan
penderitaan di atas kapal.
Ketua M PR Bambang Soesatyo mendesak aparat kepolisian mengusut tuntas dugaan
penyiksaan ABK tersebut. "Aparat kepolisian untuk terus melakukan investigasi dan mengusut
tuntas dugaan kasus penyiksaan ABK Indonesia di kapal Cina tersebut, dan bersama
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dapat mengajukan tuntutan apabila terbukti adanya
tindakan kekerasan terhadap ABK WNI di kapal ikan tersebut," kata Bamsoet dalam keterangan
tertulisnya, Senin (8/6).
Pada Jumat pekan lalu, dua ABK itu, Reynalfi dan Andri Juniansyah melompat dari kapal ikan
Cina Lu Qian Yua Yu 901 saat kapal melintasi Selat Malaka. Bamsoet menyoroti pengakuan
pengakuan kedua ABK yang terjun ke laut demi melarikan diri. Mereka mengaku kerap
mendapatkan kekerasan fisik pada saat bekerja.
Kepolisian, kata dia, harus segera memanggil agen yang menyalurkan ABK tersebut karena di
samping tidak sesuai dengan perjanjian kerja, juga telah melakukan penipuan. Bamsoet
mengatakan, para ABK dijanjikan mendapatkan upah Rp 25 juta-Rp4ojuta per bulan dari pabrik
tekstil dan baja di Korea.
Lembaga Destructive Fishing Watch(DFW) Indonesia mengungkapkan, ABK yang menjadi
korban kerja paksa di kapal ikan berbendera Cina terus bertambah. Koordinator DFVV Indonesia
Muh Abdi Suhufan menjelaskan, dalam kasus terakhir, kedua ABK melompat karena tidak tahan
dengan perlakuan dan kondisi kerja di atas kapal yang sering mendapatkan intimidasi,
kekerasan fisik dari kapten dan ABK asal Cina.
Setelah mengapung selama tujuh jam di perairan Malaka, mereka akhirnya ditolong nelayan
Tanjung Balai Karimun. "Dugaan kerja paksa mengemuka setelah ditemukan adanya praktik
tipu daya, gaji yang tidak dibayar, kondisi kerja yang tidak layak, ancaman dan intimidasi yang
dirasakan Andri Juniansyah dan Reynalfi," kata Abdi di Jakarta, kemarin.
Menurut Abdi, kejadian ini melupakan insiden keenam dalam kurun waktu delapan bulan
terakhir ini atau periode November 2o 19-.Juni 2020. Tercatat, ada 30 orang awak kapal
Indonesia yang menjadi korban kekerasan dalam bekerja di kapal Cina dalam periode itu.
"Dengan rincian 7 orang meninggal, 3 orang hilang, dan 20 orang selamat," kata Abdi.
Berdasarkan keterangan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Pergerakan Pelaut Indonesia, Sulawesi
Utara, An-war Dalewa, ABK Andry dan Reynalfi merupakan korban sindikasi perdagangan orang
yang melibatkan agen ketenagakerjaan ilegal di dalam negeri dan jejaring internasional. Karena
itu, DRV meminta kepolisian melakukan tindakan hukum secara tegas. Sementara itu,
pemerintah Indonesia didasak secepatnya melakukan moratorium pengiriman ABK ke luar
negeri, terutama yang bekerja di kapal ikan Cina, baik legal maupun ilegal.
Sebelumnya, Selasa (5/5), Indonesia dikejutkan dengan video ABK di kapal ikan Long Xing 629
melempar jenazah ABK WNI yang telah meninggal dunia di tengah laut. Buntutnya, 14 WNI ABK
lainnya meminta dipulangkan ke Tanah Air dan mengakui adanya pelanggara HAM dan TPPO.
Pada Sabtu (9/6), video ABK yang meninggal diduga karena penyiksaan kembali muncul.
Jenazah ABK kapal Luqin Yuan Yu 623 itu kemudian dilarung ke laut.
39