Page 43 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JUNI 2020
P. 43

Kepala Polres Karimun Ajun Komisaris Besar Muhammad Adenan mengatakan, dua anak buah
              kapal Lu Qing Yuan Yu 901 itu bertahan tujuh jam di laut sebelum diselamatkan nelayan lokal
              di perairan Pulau Karimun Kecil, perbatasan Singapura, Sabtu (6/6) dini hari.

              "Mereka nekat melompat karena tidak tahan dengan perlakuan di kapal asing berbendera China
              tersebut. Sebelumnya mereka dijanjikan bekerja di Korea Selatan dengan upah Rp 50 juta per
              bulan, tetapi ternyata dipekerjakan di kapal penangkap ikan," kata Adenan, Senin (8/6).

              Dua orang itu adalah Reynalfi Sianturi (22) asal Pematang Siantar, Sumatera Utara, dan Andri
              Juniansyah (30) asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Reynalfi telah beketja di kapal asing itu
              tujuh bulan, sedangkan Andri lima bulan. Sejak bekerja, mereka tidak diizinkan turun ke darat.

              "Sebenarnya kami mengajak juga orang Indonesia yang lain, tetapi mereka takut mati. Kalau
              kami memang sudah tidak tahan, lebih baik mati loncat ke laut daripada terus-menerus dipaksa
              bekerja di kapal itu," ujar Andri.

              Mereka berdua merencanakan kabur dengan lompat ke laut sejak tiga hari sebelumnya saat
              mengintip  alat  navigasi  yang  menunjukkan  posisi  kapal  berada  di  Selat  Malaka  mendekati
              Singapura.  Para  WNI  yang  lain  ikut  membantu  mereka  melarikan  diri  dengan  mengawasi
              pergerakan mandor kapal.

              Mereka melompat pada malam hari saat cuaca gerimis dan ombak tinggi. Saat melompat, Andri
              membawa  ban  pelampung  dan  Reynalfi  mengenakan  rompi  pelampung.  Nelayan  yang
              menyelamatkan  mereka,  Tengku  Azhar  (35),  mengatakan,  saat  ditemukan,  mereka  berdua
              berpelukan dengan kondisi setengah tidak sadar.

              Peristiwa keenam

              Koordinator Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Mohammad Abdi Suhufan mengatakan,
              peristiwa ini merupakan yang keenam dalam delapan bulan terakhir. Pada November 2019-Juni
              2020, DFW mencatat ada 30 WNI yang menjadi korban kekerasan saat bekerja di kapal China
              dengan rincian 7 meninggal, 3 hilang, dan 20 selamat.

              Menurut Abdi, tata kelola perekrutan, pelatihan, dan penempatan pelaut perikanan Indonesia
              perlu  disatukan  menjadi  satu  pintu.  Saat  ini,  Kementerian  Perhubungan  (Ke-menhub),
              Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker),  dan  pemerintah  daerah  masing-masing  bisa
              mengeluarkan izin perekrutan dan penempatan awak kapal.

              Padahal, dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
              diamanahkan pembuatan aturan lebih teknis berupa peraturan pemerintah yang memberikan
              kewenangan penuh kepada Kemenaker terkait perekrutan dan penempatan awak kapal niaga
              dan perikanan ke luar negeri. "Sekarang rencana peraturan pemerintahnya masih dalam proses
              harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM, tetapi hingga kini belum disetujui," kata Abdi.

              Ia mengatakan, Reynalfi dan Andri merupakan korban kerja paksa dan perdagangan orang.
              Mereka ditipu agen penyalur ilegal yang tidak terdaftar di Kemenaker ataupun Kemenhub. "Kami
              sudah mengirim surat kepada Badan Reserse Kriminal Polri untuk menyelidiki kasus ini," ujar
              Abdi. (NDU)











                                                           42
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48