Page 80 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 FEBRUARI 2020
P. 80

Title          PERLINDUNGAN NELAYAN DALAM OMNIBUS LAW DINILAI MASIH KURANG
               Media Name     rri.co.id
               Pub. Date      25 Februari 2020
                              http://rri.co.id/post/berita/792239/ekonomi/perlindungan_nelayan_dalam
               Page/URL
                              _omnibus_law_dinilai_masih_kurang.html
               Media Type     Pers Online
               Sentiment      Negative








               Semarang : Besarnya resiko nelayan ketika mencari ikan dilaut tidak diimbangi
               dengan perlindungan yang mencukupi. Bahkan, sebagai pekerja lepas terkadang
               nelayan tidak dilengkapi asuransi untuk memberikan perlindungan jika terjadi
               kecelakaan kerja.

                "Nelayan tradisional menghadapi ancaman perampasan ruang hidup, 2,7 juta
               nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional," kata Sekjen Sekjen Koalisi Rakyat
               untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati, saat seminar nasional
               "Perlindungan Pekerja Perikanan dan Tantangannya Dalam Omnibus Law" di
               Kampus Universitas Semarang (USM), Selasa (25/2/2020).

                Susan menilai, Pasal 28 RUU Omnibus Law Cipta Kerja, khususnya yang merevisi
               Pasal 27 ayat (3) UU Perikanan, merugikan nelayan tradisional. Hal ini karena
               disebutkan kapal penangkap ikan berbendera Indonesia di wilayah pengelolaan
               perikanan Negara Republik Indonesia atau mengoperasikan kapal penangkap ikan
               berbendera asing di ZEEI wajib membawa dokumen Perizinan Berusaha.

                "Nelayan-nelayan kecil dan nelayan tradisional, yang menggunakan perahu di
               bawah 10 GT serta menggunakan alat tangkap ramah lingkungan, dipaksa harus
               mengurus perizinan perikanan tangkap," tambahnya.

                Ditempat yang sama, Safe Seas Project Director Plan International Indonesia Nono
               sumarsono, juga menyoroti lemahnya perlindungan bagi pekerja perikanan.
               Menurutnya Anak buah kapal (ABK) kurang dilengkapi dengan kompetensi
               mencukupi.


                "Kerja di kapal itu tidak ada uji kompetensinya," ujarnya.

                Akibatnya, pekerja perikanan tidak mendapat upah yang layak karena tergantung
               majikan. ABK pun tak kuasa menolak patokan besaran gaji dari majikan.

                "Jadi mereka bilang upah itu sebenarnya tergantung pada siapa yang mau
               mempekerjakan dia. Sampai sekarang kita belum punya kesepakatan berapa
               sebenarnya upah umum untuk ABK perikanan, belum ada," tandasnya.

                Komunitas Jurnalis Ngopi (KJN) sebagai penyelengara juga menghadirkan
               pembicara dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.





                                                       Page 79 of 94.
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85