Page 125 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 DESEMBER 2021
P. 125

Salah satu tuntutan yang disuarakan para buruh adalah revisi Surat Keputusan (SK) Gubernur
              tentang Penetapan upah minimum provinsi atau UMP 2021. Tuntutan itu tak lepas dari putusan
              Mahkamah Konstitusi yang menyebutkan Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang
              Cipta Kerja inkonstitusional secara bersyarat.

              "Kami bisa melakukan dua juta buruh setop produksi. Semua akan rugi, ekonomi akan lumpuh,"
              ujar Said, dalam unjuk rasa gabungan, Rabu, 8 Agustus 2021.

              "Kami tidak akan melakukan itu bilamana pemerintah sungguh-sungguh menjalankan keputusan
              MK  dan  SK  Gubernur."  Ia  menyebutkan  demonstrasi  para  buruh  akan  terus  meningkat  jika
              pemerintah tidak menjalankan keputusan MK. Sebelumnya Omnibus Law Undang-undang Nomor
              11 Tahun 2020 Cipta Kerja dinyatakan inkonstitusional atau bertentangan dengan UUD 1945 dan
              tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

              MK pun memerintahkan DPR dan pemerintah memperbaiki UU Cipta Kerja dalam jangka waktu
              dua  tahun  ke  depan.  Lebih  jauh,  kata  Said,  mogok  nasional  menjadi  pilihan  tak  terelakkan
              bilamana dalam proses menuju paling lama dua tahun dari awal pembentukan UU Cipta Kerja
              yang baru ini tetap mengabaikan partisipasi publik. Kalangan buruh juga menagih janji Gubernur
              DKI Jakarta Anies Baswedan untuk segera mencabut Surat Keterangan (SK) Gubernur tentang
              Penetapan UMP DKI Jakarta Tahun 2022.

              Berdasarkan formula dari Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021, kenaikan UMP di DKI
              Jakarta tahun 2022 hanya sebesar Rp 37.749 atau 0,85 persen menjadi Rp 4.453.935 per bulan
              atau Rp 4,45 juta. Dalam unjuk rasa gabungan yang digelar pada 6-10 Desember 2021, puluhan
              ribu buruh dari Jabodetabek berkumpul untuk menyampaikan tiga tuntutan.

              Tuntutan  pertama  adalah  buruh  meminta  seluruh  gubernur  di  Indonesia  merevisi  Surat
              Keputusan (SK) Gubernur tentang UMP. Pasalnya, kebijakan itu bertentangan dengan Keputusan
              Mahkamah  Konstitusi  Nomor  7  yang  menangguhkan  tindakan/kebijakan  strategis  yang
              berdampak luas, termasuk upah.

              Sedangkan tuntutan kedua adalah buruh menuntut pemerintah mencabut Peraturan Pemerintah
              (PP)  Nomor  36  Tahun  2021  tentang  Pengupahan.  Tuntutan  kketiga  yaitu  buruh  menuntut
              pemerintah dapat menjalankan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan bahwa
              Undang-Undang  (UU)  Nomor  11  Tahun  2020  tentang  Cipta  Kerja  inkonstitusional  secara
              bersyarat.




























                                                           124
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130