Page 178 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 DESEMBER 2021
P. 178

FSPMI CIREBON RAYA GELAR AKSI DI DEPAN BALAIKOTA CIREBON, INI
              TUNTUTANNYA
              Federasi  Serikat  Pekerja  Metal  Indonesia  (FSPMI)  Cirebon  Raya  menggelar  aksi  di  depan
              Balaikota  Cirebon,  Jalan  Siliwangi,  Kota  Cirebon,  Rabu  (8/12/2021).  Aksi  buruh  tersebut
              merupakan  bentuk  protes  atas  penetapan  Keputusan  Gubernur  tentang  Upah  Minimum
              Kabupaten/kota (UMK) maupun Upah Minimum Provinsi (UMP).

              “Kenapa  kita  protes,  karena  pada  tanggal  25  November  2021  Mahkamah  Konsitusi  (MK)
              mengabulkan gugatan kita yaitu, UU Cipta Kerja pada 9 amar putusannya, terutama putusan
              nomor 7 bahwa pemerintah harus menangguhkan segala bentuk upaya yang bersifat strategis
              dan  berdampak  luas.  Dan  pemerintah  tidak  boleh  menerbitkan  peraturan  yang  baru,”  ujar
              Mahbub, Sekjen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Cirebon Raya.

              Terkait dengan penetapan UMP dan UMK yang dilakukan oleh Gubernur di seluruh Indonesia,
              lanjut  Mahbub,  pemerintah  tetap  menggunakan  PP  36.  Padahal,  menurutnya,  pada  amar
              putusan nomor 7 adalah yang berdampak luas dan strategis harus ditangguhkan.

              “Upah salah satunya adalah yang bersifat dan berdampak luas. Strategisnya apa, dalam PP 36
              pasal 4 ayat 1 ayat 2, pengupahan adalah program strategis nasional. Karena mengacu pada PP
              36  dan  amar  putusan  nomor  7,  maka  pemerintah  tidak  boleh  menetapkan  UMP  atau  UMK
              menggunakan PP 36,” ungkapnya.

              “Sehingga, menggunakan undang-undang sebelumnya yaitu, UU 13 maupun turunannya di PP
              78. Inilah yang kita sikapi,” sambungnya.

              Namun, kata Mahbub, Menteri Perekonomian melalui Presiden kemarin, bahwa UU Cipta Kerja
              tetap berlaku, dan pengupahan tetap menggunakan PP 36. Hal ini, tegas Mahbub, bertentangan
              dengan amar putusan nomor 7.

              “Kita minta pemerintah harus mencabut. Penetapan UMP maupun UMK, para Gubernurnya tidak
              boleh  menggunakan  PP  36.  Dalam  negosiasi,  kami  meminta  naik  5  sampai  7  persen  untuk
              kenaikan  UMK.  Jadi  tidak  ada  alasan  lagi, pemerintah  melakukan  multi tafsir  terhadap  amar
              putusan MK,” pungkasnya. (AC212)
































                                                           177
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183