Page 208 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 DESEMBER 2021
P. 208

Menurut  mereka,  penetapan  UMP tersebut bertentangan  dengan  Putusan  MK  nomor  7  yang
              menangguhkan tindakan atau kebijakan strategis yang berdampak luas termasuk masalah upah
              pekerja.

              Tuntutan  kedua,  buruh  mendesak  pemerintah  untuk  mencabut  Peraturan  Pemerintah  (PP)
              Nomor  36  tahun  2021  tentang  pengupahan.  Tuntutan  terakhir  adalah  buruh  mendesak
              pemerintah untuk dapat menjalankan putusan MK yang menyatakan UU Nomor 11 tahun 2020
              tentang Cipta Kerja inkonstitusional secara bersyarat.

              Said  Iqbal  menjelaskan  aksi  yang  dilakukan  buruh  akan  meningkat  jika  pemerintah  tidak
              menjalankan putusan MK yang menyatakan UU Cipta Kerja inkonstitusional secara bersyarat
              tersebut.

              Terkait UU Cipta Kerja, MK menyatakan UU tersebut inkonstitusional atau bertentangan dengan
              UUD 1945. Putusan MK tersebut menyebabkan UU Cipta Kerja tidak mempunyai kekuatan hukum
              yang mengikat.
              Selain itu, dalam putusan tersebut, MK meminta DPR dan pemerintah untuk memperbaiki UU
              Cipta Kerja dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Said Iqbal melanjutkan gerakan mogok
              nasional menjadi pilihan jika dalam proses perbaikan UU Cipta Kerja selama dua tahun ke depan,
              DPR maupun pemerintah tetap mengabaikan partisipasi publik.
              Menurut dia, aksi dari 60 federasi serikat pekerja yang menggerakkan dua juta buruh untuk
              melakukan mogok nasional akan berdampak pada setidaknya 100 pabrik. Selain itu, buruh juga
              menagih janji Anies Baswedan untuk dapat mencabut SK Gubernur tentang penetapan UMP DKI
              Jakarta tahun 2022.***












































                                                           207
   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213