Page 196 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 SEPTEMBER 2021
P. 196

KECEMASAN BURUH: BADAI PHK MASIH ADA SAMPAI TAHUN DEPAN!

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) memperkirakan gelombang pemutusan hubungan
              kerja (PHK) akibat pandemi virus Corona (COVID-19) masih berlanjut di 2022. Sebab, hingga
              kini  bermunculan  varian  COVID-19  yang  baru.  "Kita  agak  kaget  juga  kan  ternyata  virus  ini
              menurut WHO bermutasinya cepat sekali, dari Beta ke Delta saja kita kalangkabut kan kemarin.
              Yang paling penting memang herd immunity itu, vaksin itu sudah merata," kata Presiden KSPI
              Said Iqbal kepada detikcom baru-baru ini.

              Untuk mengantisipasi potensi berlanjutnya gelombang PHK di tahun depan, salah satu caranya
              adalah mempercepat pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Dengan begitu akan segera terbentuk
              kekebalan komunal (herd immunity). Tapi itu tergantung efektivitas dari vaksinasi tersebut. "Bisa
              dipastikan di tahun 2022 masih akan terjadi PHK. Kan ini baru sekarang vaksinnya, kita belum
              tahu sampai sejauh mana program vaksin yang ke dua kan, vaksin ke dua efektif nggak menekan
              angka penularan?" tanyanya.

              Terlepas  dari  seberapa  besar  efektifitas  vaksin,  setidaknya  herd  immunity  diharapkan  akan
              terbentuk sehingga penularan COVID-19 dapat diminimalisir. Dengan demikian perekonomian
              dan dunia usaha cepat pulih maka PHK dapat dicegah.

              Pihaknya juga berharap PHK dapat dicegah dengan mengutamakan opsi merumahkan karyawan.
              Namun, mereka perlu tetap digaji, walaupun hanya gaji pokok setidaknya dapat menjaga daya
              beli mereka.

              "Dan yang terakhir Omnibus Law itu cabut saja lah, itu dijadikan peluang dari pengusaha untuk
              membenarkan tidak membayar upah ketika dirumahkan, membenarkan memberikan pesangon
              kecil, membenarkan PHK dengan alasan darurat. Itu Omnibus Law itu bagi buruh di tengah
              Pandemi  COVID-19  berbahaya  sekali,  sebaiknya  dicabut  khusus  klaster  ketenagakerjaan,"
              jelasnya.

              Selain itu, dia menyarankan Kementerian Ketenagakerjaan, dalam hal ini Menaker mengeluarkan
              Peraturan Menteri Ketenagakerjaan terkait dengan ter-PHK-nya karyawan di tengah pandemi
              COVID-19.  Sementara  jika  Kementerian  Ketenagakerjaan  hanya  mengandalkan  surat  edaran
              maka mudah disepelekan oleh pengusaha. "Ini sementara sifatnya, nanti kalau sudah nggak
              pandemi  COVID,  Peraturan  Menteri  itu  dicabut  lagi.  Kalau  dia  Peraturan  Menteri  mengikat.
              Dengan demikian pengusaha akan taat walaupun tetap ada yang melanggar tapi




























                                                           195
   191   192   193   194   195   196   197