Page 18 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 SEPTEMBER 2021
P. 18
Yang pertama tentu pandemi COVID-19 memukul dunia usaha di mana pengusaha kapasitas
produksinya akibat permintaan barang yang menurun, kapasitas produksinya juga menurun
maka banyak perusahaan yang melakukan PHK. begitu pula yang terkena pandemi COVID-19
diakibatkan roda usahanya itu nggak berjalan, seperti pariwisata, hotel kan karena PSBB dulu,
PPKM dan lain sebagainya menghambat atau mengurangi mobilitas orang berpergian, otomatis
Industri atau sektor jasa yang terkait dengan mobilitas orang itu akan terpukul kemudian terjadi
PHK.
Memang yang masih sedikit bertahan di dunia usaha itu adalah industri manufaktur terutama
yang berorientasi ekspor, karena dunia juga masih tetap ada pergerakan dalam permintaan
pasar barang walaupun menurun sekali tetapi tetap dijaga orientasi ekspor seperti industri
otomotif, elektronik, komponen otomotif, komponen elektronik, tekstil, garmen, sepatu yang
orientasi ekspor.
Kemudian pertambangan, perkebunan, industri kimia, industri farmasi relatif masih bisa
bertahan. Maksud saya masih bisa bertahan tidak terjadi PHK tetapi terjadi pengurangan
karyawan kontrak tidak diperpanjang.
Pada intinya antara sektor manufaktur dan non manufaktur berat. Tapi yang paling berat
memang non manufaktur terutama jasa perdagangan.
Kemudian hal lain juga yang menimpa dunia usaha selama masa pandemi ini adalah bagaimana
pengusaha mengalami kesulitan mengatur rotasi jam kerja dan waktu kerja, karena ketika
buruhnya terkena pandemi COVID dan jumlahnya banyak kan mau nggak mau mereka harus
meliburkan sebagian buruh.
Nah di manufaktur atau pabrik nggak mungkin produksi itu setengah-setengah. Nah itu agak
susah pengusaha menghadapi situasi itu. Tapi dengan berbagai cara saya mendapat informasi
mereka tetap bisa berjalan tapi tidak full capacity. Itu bagi pengusaha.
Bagi buruh dia mengalami situasi yang sangat sulit. Yang paling sulit adalah akibat Omnibus
Law/Undang-undang Cipta Karya, guru karyawan tetapkan sebelumnya banyak yang dipecat,
pesangon terutama di tekstil, garmen, sepatu, makanan-minuman sebagian daripada komponen
elektronik kemudian juga beberapa industri keramik dan sektor jasa Omnibus Law itu dipecat,
dikasih pesangon 1 kali.
Setelah itu direkrut lagi, masa kerjanya kan 20 tahun-30 tahun pasti mau lah karena susah cari
kerja dengan masa kerja tinggi, tapi dia dikontrak berulang-ulang atau di-outsourcing seumur
hidup.
Nah yang lebih parah kan boleh upah harian. Nah akhirnya ketika terjadi pandemi dia mulai ada
gejala pokoknya dia nggak berani masuk karena kalau nggak masuk upahnya dipotong, kan
kerjanya harian. Nah itu sangat merugikan posisi buruh.
Posisi yang lain bagi buruh akibatnya adalah PHK di industri pariwisata, hotel, garmen, tekstil,
sepatu, dan juga industri-industri maskapai penerbangan itu ada PHK.
Terakhir dampak buruk buat buruh dari pandemi COVID ini adalah ketika dimulai berlakunya
PPKM Darurat dan lanjutannya hampir 3 minggu itu tingkatan pandemi COVID yang terpapar
COVID itu, penularan COVID sekitar 10%, kan tinggi, di setiap pabrik, rata-rata ya, dan tingkat
kematiannya sudah ratusan.
Itu memang agak membuat panik buruh. Tapi akhirnya dengan program vaksin tadi, terutama
kerja,sama Mabes Polri yang vaksin gratis, Mabes Polri dengan KSPI dengan KSPSI AGN itu bisa
mengurangi juga nggak penularan COVID dan angka kematian
17