Page 10 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 DESEMBER 2021
P. 10

Ringkasan

              Karyawan PT Pertamina (Persero) yang tergabung dalam Federasai Serikat Pekerja Pertamina
              Bersatu (FSPPB) mulanya berencana ingin melakukan aksi mogok kerja yang berlangsung selama
              10 hari, mulai 29 Desember hingga 7 Januari 2022.



              ANCAMAN MOGOK KERJA, DIKRITIK SESAMA PEKERJA, HINGGA BATALNYA AKSI
              FSPPB
              Karyawan PT Pertamina (Persero) yang tergabung dalam Federasai Serikat Pekerja Pertamina
              Bersatu (FSPPB) mulanya berencana ingin melakukan aksi mogok kerja yang berlangsung selama
              10 hari, mulai 29 Desember hingga 7 Januari 2022.

              Tak hanya aksi mogok kerja, FSPPB ini juga menuntut kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara
              (BUMN) Erick Thohir untuk memberhentikan Nicke Widyawati dari jabatannya sebagai Direktur
              Utama Pertamina. FSPPB telah berkirim surat kepada Manajemen Pertamina, Erick sendiri, dan
              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah terkait aksi mogok kerja mereka.

              Pemberitahuan  rencana  mogok  kerja  itu  disampaikan  serikat  pekerja  melalui  Surat  dengan
              Nomor  113/FSPPB/XII/2021-TH  bertanggal  17  Desember  2021  yang  ditandatangani  Presiden
              FSPPB Arie Gumilar dan Sekretaris Jenderal FSPPB Sutrisno.

              Lalu apa yang melatarbelakangi FSPPB tersebut melakukan aksi mogok kerja?

              Alasan rencana mogok tak lain terkait pemangkasan gaji yang dilakukan manajemen Pertamina.
              Padahal, perusahaan membukukan kinerja positif di tengah pandemi Covid-19. FSPBB menyebut,
              situasi pandemi Covid-19 dan diberlakukannya kebijakan bekerja dari rumah (work from home)
              tidak bisa jadi alasan pemotongan penghasilan para karyawan.

              di sisi lain gaji dan tunjangan direksi diketahui oleh FSPPB justru tidak dipotong. Maka tak heran,
              FSPPB  menuntut  manajemen  Pertamina  membayarkan  gaji  karyawan  sesuai  dengan  PKB
              (Perjanjian Kerja Bersama). Sementara itu, isi surat FSPPB terkait rencana mogok kerja terdapat
              lima alasan.

              Pertama, tidak tercapainya kesepakatan untuk melakukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) di
              Pertamina  antara  pengusaha  dan  pekerja  yang  diwakili  oleh  FSPPB.  Kedua,  pengusaha  dan
              pekerja yang diwakili oleh FSPPB gagal melakukan perundingan. Ketiga, tidak adanya itikad baik
              dari  Dirut  Pertamina  untuk  membangun  hubungan  kerja  yang  harmonis,  dinamis,  dan
              berkeadilan.

              Keempat, tidak diindahkannya berbagai upaya damai yang sudah ditempuh oleh FSPPB. Kelima,
              diabaikannya tuntutan FSPPB kepada Menteri BUMN yang menginginkan pergantian posisi Dirut
              Pertamina dengan yang lebih baik. FSPPB dalam suratnya memberikan syarat bahwa mogok
              kerja dapat dihentikan apabila tuntutan yang disampaikan dalam surat kepada Menteri BUMN
              telah dipenuhi.

              Bisa pula dengan perusahaan bersedia melakukan perundingan berdasarkan syarat-syarat yang
              pernah FSPPB sampaikan kepada Direktur SDM Pertamina pada agenda pra perundingan PKB
              yang berlangsung di Cirebon pada tanggal 8-10 Desember 2021.

              Sekjen Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Tri Sasono mengkritik rencana aksi mogok kerja
              yang dilakukan FSPPB tersebut. Menurut Tri, aksi ini bisa berdampak pada pasokan dan distribusi
              BBM  untuk  masyarakat.  Sebab,  di  penghujung  tahun  ini,  banyak  masyarakat  yang  akan


                                                            9
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15