Page 168 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 DESEMBER 2021
P. 168

Ringkasan

              Pengamat Lembaga Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul mengaku setuju dengan sikap
              tegas  Gubernur  Banten  Wahidin  Halim  (WH)  yang  konsisten  dengan  hasil  penetapan  Upah
              Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) se-Provinsi Banten tahun
              2022. Dirinya menilai, penetapan UMP dan UMK sudah melalui pembahasan yang melibatkan
              berbagai  pihak,  pertimbangan  kondisi  ekonomi  di  tengah  pandemi  Covid-19  dan  tentu  saja
              perundang-undangan yang berlaku.



              PENGAMAT: SIKAP TEGAS GUBERNUR SOAL UMP DAN UMK SUDAH TEPAT

              SERANG  -  Pengamat  Lembaga  Kajian  Politik  Nasional  (KPN)  Adib  Miftahul  mengaku  setuju
              dengan  sikap  tegas  Gubernur  Banten  Wahidin  Halim  (WH)  yang  konsisten  dengan  hasil
              penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) se-Provinsi
              Banten tahun 2022. Dirinya menilai, penetapan UMP dan UMK sudah melalui pembahasan yang
              melibatkan berbagai pihak, pertimbangan kondisi ekonomi di tengah pandemi Covid-19 dan tentu
              saja perundang-undangan yang berlaku.

              "Pertama,  saya  kira  penetapan  UMK  Kabupaten/Kota  se-Provinsi  Banten  sudah  diputuskan
              dengan  mempertimbangkan  kehati-hatian.  Sebab,  banyak  hal  yang  perlu  dipertimbangkan,
              sehingga  pada  akhirnya  disepakati  perwakilan  (Dewan  Pengupahan),"  ujar  Adib,  Selasa
              (7/12/2021).

              Adib mengatakan, penetapan UMK dipastikan mempertimbangkan setidaknya dua kepentingan,
              yaitu kepentingan pekerja dan pengusaha dengan difasilitasi sejumlah stakeholder terkait. Dalam
              menetapkan UMK, Gubernur WH juga sudah mengacu pada kesepakatan yang difasilitasi Dinas
              Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten.

              Selanjutnya,  penetapan  UMK  dipastikan  mempertimbangkan  kondisi  perekonomian  Provinsi
              Banten dan Nasional pada umumnya, di mana pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap
              pertumbuhan perekonomian. Meski begitu, pertimbangan tersebut jangan sampai serta merta
              mengabaikan apa yang menjadi hak buruh.

              "Covid-19 memang menjadi alasan mengapa kenaikan UMK tidak sebesar beberapa tahun lalu,
              tetapi tidak serta merta tidak mentaati apa yang harus menjadi hak buruh. Dalam tataran global,
              alasan atau pertimbangan penetapan UMK tak jauh dari masalah dampak Covid-19," katanya.

              Lepas dari itu, Adib menilai, kenaikan UMK di Provinsi Banten cukup bagus. "Kalau kita ambil
              data, besaran kenaikan UMK di Provinsi Banten nomor dua terbesar setelah Jawa Barat. Lagi
              pula, pembahasan UMK sudah ada perwakilan buruh. Sudah melalui musyawarah. Kenaikan yang
              sudah disepakati, merupakan keputusan yang harus ditaati," katanya.

              Adib  juga  mengatakan  bahwa  Pemerintah  perlu  mempertimbangkan  iklim  investasi.  Jangan
              sampai investor memindahkan usahanya ke daerah lain.

              "Itu juga penting menjadi pertimbangan, di Jawa Tengah tidak bergejolak. Jika akhirnya investasi
              berpindah maka bisa menimbulkan PR bersama lagi, yaitu masalah pengangguran," katanya.

              Menanggapi  tidak  besarnya  kenaikan  UMK  dibandingkan  beberapa  tahun  sebelumnya,  Adib
              memahami  bahwa  perekonomian  Provinsi  Banten  dan  Indonesia  pada  umumnya  mengalami
              kelesuan,  sebagai  dampak  pandemi  Covid-19  yang  sudah  berlangsung  hampir  dua  tahun
              tersebut.



                                                           167
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173