Page 424 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 DESEMBER 2021
P. 424

Ringkasan

              Pengamat dari Lembaga Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul mengaku setuju dengan
              sikap tegas Gubernur Banten H. Wahidin Halim (WH) yang konsisten dengan hasil penetapan
              Upah Minimum Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten. Penetapan UMP dan UMK sudah
              melalui pembahasan yang melibatkan berbagai pihak, pertimbangan kondisi ekonomi di tengah
              pandemi Covid-19 dan tentu saja perundang-undangan yang berlaku.



              SIKAP TEGAS GUBERNUR BANTEN SOAL UMK, DINILAI PENGAMAT KPN TEPAT

              Pengamat dari Lembaga Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul mengaku setuju dengan
              sikap tegas Gubernur Banten H. Wahidin Halim (WH) yang konsisten dengan hasil penetapan
              Upah Minimum Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten. Penetapan UMP dan UMK sudah
              melalui pembahasan yang melibatkan berbagai pihak, pertimbangan kondisi ekonomi di tengah
              pandemi Covid-19 dan tentu saja perundang-undangan yang berlaku.

              “Pertama,  saya  kira  penetapan  UMK  Kabupaten/Kota  se-Provinsi  Banten  sudah  diputuskan
              dengan  mempertimbangkan  kehati-hatian.  Sebab,  banyak  hal  yang  perlu  dipertimbangkan,
              sehingga  pada  akhirnya  disepakati  perwakilan  (Dewan  Pengupahan),”  ujar  Adib  kepada
              wartawan di Kota Serang, Selasa (7/12/2021).

              Adib yang juga dosen itu mengatakan penetapan UMK dipastikan mempertimbangkan setidaknya
              dua  kepentingan,  yaitu  kepentingan  pekerja  dan  pengusaha  dengan  difasilitasi  sejumlah
              stakeholder  terkait.  Dalam  menetapkan  UMK,  Gubernur  WH  juga  sudah  mengacu  pada
              kesepakatan yang difasilitasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten.

              Selanjutnya,  penetapan  UMK  dipastikan  mempertimbangkan  kondisi  perekonomian  Provinsi
              Banten  dan  Nasional  pada  umumnya,  yakni  pandemi  Covid-19  sangat  berdampak  terhadap
              pertumbuhan  perekonomian.  Kendati  demikian,  pertimbangan  tersebut  jangan  sampai  serta
              merta mengabaikan apa yang menjadi hak buruh.

              “Covid-19 memang menjadi alasan mengapa kenaikan UMK tidak sebesar beberapa tahun lalu,
              tetapi tidak serta merta tidak menaati apa yang harus menjadi hak buruh. Dalam tataran global,
              alasan atau pertimbangan penetapan UMK tak jauh dari masalah dampak Covid-19,” tutur Adib.

              Lepas dari itu, Adib menilai kenaikan UMK di Provinsi Banten cukup bagus. “Kalau kita ambil
              data, besaran kenaikan UMK di Provinsi Banten nomor dua terbesar setelah Jawa Barat. Lagi
              pula, pembahasan UMK sudah ada perwakilan buruh. Sudah melalui musyawarah. Kenaikan yang
              sudah disepakati, merupakan keputusan yang harus ditaati,” ucapnya.

              Adib mengatakan bahwa Pemerintah perlu mempertimbangkan iklim investasi. Jangan sampai
              investor memindahkan usahanya ke daerah lain. “Itu juga penting menjadi pertimbangan, di
              Jawa Tengah tidak bergejolak. Jika akhirnya investasi berpindah maka bisa menimbulkan PR
              (pekerjaan rumah-red) bersama lagi, yaitu masalah pengangguran,” ujarnya.

              Menanggapi  tidak  besarnya  kenaikan  UMK  dibandingkan  beberapa  tahun  sebelumnya,  Adib
              memahami  bahwa  perekonomian  Provinsi  Banten  dan  Indonesia  pada  umumnya  mengalami
              kelesuan,  sebagai  dampak  pandemi  Covid-19  yang  sudah  berlangsung  hampir  dua  tahun
              tersebut.

              "Lesunya  perekonomian  yang  menyebabkan  kenaikan  UMP  tidak  besar.  Kondisi  itu  harus
              dipahami bersama,” ucapnya.



                                                           423
   419   420   421   422   423   424   425   426   427   428   429