Page 145 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 AGUSTUS 2020
P. 145

DKI ANDALKAN LAPORAN MASYARAKAT

              Pada masa pandemi, perusahaan yang bisa bertahan adalah yang mampu menjaga para pekerja
              tetap sehat dan produktif. Oleh sebab itu, pengelolaan risiko harus dimulai dari perusahaan itu
              sendiri.

              JAKARTA,  KOMPAS  -  Sumber  daya  manusia  yang  minim  mengakibatkan  pemerintah  sukar
              melakukan  pemeriksaan  masif  terhadap  perusahaan  dan  perkantoran  di  Jakarta.  Untuk  itu
              laporan  masyarakat  menjadi  andalan  untuk  basis  penindakan  bagi  pelanggar  protokol
              keselamatan terkait Covid-19.

              Tentu  penjaminan  keamanan  dan  kesehatan  pekerja    bergantung  pada  kesadaran  setiap
              perusahaan  dan  individu  dalam  menjaga  diri  masing-masing.  Namun  ini  tidak  jaminan  dan
              diperlukan pengawasan. Masalahnya sumber daya yang mengawasi minim

              "Di  Jakarta  Selatan  saja  misalnya  ada  25.700  perusahaan,  mayoritas  di  sektor  jasa.  Jumlah
              karyawan mulai dari dua orang hingga ribuan orang. Mereka bisa menempati satu gedung, satu
              lantai,  satu  rumah  toko,  atau  melayani  dari  rumah,"  kata  Kepala  Suku  Dinas  Tenaga  Kerja,
              Transmigrasi, dan Energi Jakarta Selatan Sudradjad, Jakarta, Kamis (6/8/2020).

              Ia menuturkan, Sudin Naker-trans Jaksel hanya memiliki enam pengawas. Mereka dibantu lima
              petugas dari Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jaksel dan PPKD Jakarta Timur. Setiap hari,
              tim  mendatangi  tiga  perusahaan  untuk  memeriksa  penerapan  protokol  keamanan  Covid-19.
              Sudradjad  mengungkapkan,  keterbatasan  tenaga  membuat  pihaknya  melakukan  tindakan
              berdasarkan laporan warga, pegawai, ataupun lembaga terkait.

              Sejauh ini di Jaksel ada tiga perusahaan yang ditutup sementara karena terbukti memiliki kasus
              positif Covid-19. Menurut Sudrajad, lama penutupan perusahaan beragam, dari satu hari hingga
              14 hari, guna memberi perusahaan waktu untuk disinfeksi ruang kantor.

              Ditemukan  perusahaan  pelanggar  protokol  Covid-19  berdasarkan  laporan  kepada  Sudin
              Nakertrans Jaksel. Perusahaan tidak memberlakukan giliran bekerja karyawan dan melanggar
              aturan yang membatasi karyawan, maksium 50 persen.

              Laporan juga menyebutkan tidak ada kedisiplinan soal pemakaian masker dan jaga jarak. Alasan
              perusahaan karena sibuk dan harus menangani banyak klien. Satu perusahaan didenda Rp 25
              juta karena mengabaikan protokol soal masker, penjagaan jarak, pengecekan suhu tubuh, dan
              penyediaan tempat cuci tangan atau setidaknya cairan antiseptik.

              Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan,
              sejauh ini di Ibu Kota ada 24 perusahaan ditutup. Ini akibat karyawan terbukti mengidap Covid-
              19.  Di  samping  itu,  ada  tujuh  perusahaan  lain  yang  ditutup  karena  melanggar  protokol
              kesehatan.

              Informasi  itu  didapat  dari  aduan.  Pengaduan  bisa  disampaikan  melalui  tautan  bit.ly/ps-bb-
              kantor-tempatkerja,  surel  disnakertrans@jakarta.go.id,  dan  telepon  021-3517616  atau
              081220960440.

              Komitmen

              Meskipun  begitu,  Sudradjad  mengatakan,  terdapat  pula  sejumlah  perusahaan  yang  memiliki
              pakta integritas untuk menangani Covid-19 di lingkungannya. Pakta ini merupakan komitmen
              nyata,  tidak  sekadar  memasang  spanduk  ataupun  poster  meminta  orang  bermasker  dan



                                                           144
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150