Page 186 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 AGUSTUS 2020
P. 186

Susiwijono sebagai Ketua Tim Panitia Kerja (Panja) Pemerintah untuk pembahasan RUU Omnibus
              Law Cipta Kerja menyebutkan, pembahasan beleid sudah dilakukan lebih dari 10 kali bersama di
              Panja  Badan  Legislatif  (Baleg)  DPR.  Setiap  pekan,  setidaknya  tiga  sampai  empat  kali,  rapat
              dilakukan.

              Mempercepat pembahasan secara optimal menjadi target utama pemerintah sekarang. "Apakah
              bisa segera selesai atau tanggal 17 Agustus? Kami targetnya yang penting pembahasan optimal.
              Mudah-mudahan bisa segera selesai," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8).

              Susiwijono menjelaskan, pembahasan RUU Omnibus Law karena situasi saat ini yang sangat
              membutuhkan penerapan poin-poin dalam beleid tersebut. Tapi, ia tidak menyebutkan urgensi
              yang dimaksud secara detail.

              Dari total 15 bab, Susiwijono menjelaskan, sebanyak lima bab sudah dibahas dalam Panja Baleg.
              Termasuk di antaranya tiga bab besar, termasuk perizinan berusaha.

              "(Tiga) bab ini yang isinya hampir 50 persen dari substansi," katanya.

              Sementara itu, klaster ketenagakerjaan yang mendapatkan perhatian banyak pihak juga terus
              dibahas  antara  pemerintah  bersama  serikat  pekerja.  Pada  Rabu,  Susiwijono  mengatakan,
              Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  sudah  melaporkan  hasil  pembahasannya  ke  empat
              Menteri  Koordinator.  Ditargetkan,  klaster  ini  sudah  bisa  dibawa  ke  Panja  Baleg  pada  pekan
              depan.

              Ekonom  Center  of  Reform  on  Economics  (CORE)  Indonesia  Yusuf  Rendy  Manilet  menilai,
              efektivitas Omnibus Law untuk menggaet investasi dan memulihkan ekonomi akan bergantung
              pada upaya pemerintah dalam memperbaiki pandangan publik. Saat ini, masyarakat menilai,
              masih banyak yang perlu diperbaiki dari draf Omnibus Law, terutama tentang ketenagakerjaan.

              Pandangan publik seperti itu tentu sedikit banyak akan mempengaruhi persepsi investor. Apalagi,
              belum lama ini, Bank Dunia juga melihat, potensi Omnibus Law justru akan merugikan ekonomi.

              "Kalau pemerintah tidak bisa menjawab pandangan Bank Dunia ini, maka tantangan menggaet
              investasi dari Omnibus Law ini akan semakin sulit," katanya, saat dihubungi  Republika  , Selasa
              (4/8).

              Apabila  dilihat  dari  beberapa  poin  kebijakan,  Omnibus  Law  telah  mencoba  mengakomodasi
              beberapa masalah yang kerap menghambat kinerja ekonomi. Yusuf memberikan contoh dalam
              klaster  dukungan  riset  dan  inovasi  yang  salah  satu  poinnya  ingin  menyasar  pengembangan
              ekspor barang dari produk nasional..
























                                                           185
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191