Page 199 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 NOVEMBER 2021
P. 199

Ringkasan

              Presiden  Asosiasi  Serikat  Pekerja  (Aspek)  Indonesia  Mirah  Sumirat  menekankan,  bila  aturan
              pelaksana atau peraturan pemerintah (PP) dari Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020,
              tentang Cipta Kerja khususnya bagian pengupahan tak dicabut, maka akan berdampak negatif
              terhadap dunia ketenagakerjaan.



              JIKA PP PENGUPAHAN TAK DICABUT, BURUH SEBUT PENGANGGURAN AKAN NAIK
              DAN DAYA BELI TURUN

              JAKARTA, - Presiden Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia Mirah Sumirat menekankan, bila
              aturan pelaksana atau peraturan pemerintah (PP) dari Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun
              2020, tentang Cipta Kerja khususnya bagian pengupahan tak dicabut, maka akan berdampak
              negatif terhadap dunia ketenagakerjaan.

              "Dampak luas dari peraturan pemerintah turunan UU Cipta Kerja tersebut adalah mempermudah
              terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), peningkatan angka pengangguran, melemahnya
              daya  beli,  menurunnya  angka  konsumsi  rumah  tangga  yang  berujung  pada  penurunan
              perputaran ekonomi nasional dan mempengaruhi angka pertumbuhan ekonomi nasional," ujar
              Mirah melalui keterangan tertulis, Senin (29/11/2021).

              Ia juga mengingatkan pemerintah agar tidak menyakiti hati rakyat dengan berbagai kecerobohan
              dan pemaksaan peraturan yang bertentangan dengan UUD 1945.

              "Laksanakan  amanah  konstitusi  UUD  1945,  secara  bertanggungjawab  untuk  memberikan
              keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan tunduk pada kepentingan
              pemodal yang hanya ingin mengambil keuntungan bagi kelompoknya sendiri," kata dia.
              Pasca-putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait UU Cipta Kerja, yang menyatakan bahwa UU
              tersebut bertentangan dengan UUD 45 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara
              bersyarat,  hari  ini,  puluhan  ribu  buruh  melakukan  aksi  unjuk  rasa  menuntut  pembatalan
              penetapan upah minimum yang bertentangan dengan perintah MK.

              Aksi unjuk rasa ini menyasar Kantor Balai Kota DKI Jakarta dan Kantor Gubernur Jawa Barat.

              "Kami akan meminta Gubernur Anies Baswedan dan Gubernur Ridwan Kamil, untuk taat pada
              Putusan MK dengan cara membatalkan penetapan upah minimum di Provinsi DKI Jakarta dan
              Provinsi Jawa Barat, yang telah diterbitkan sebelum adanya Putusan MK," tegas Mirah.

              Mirah  kembali  menekankan,  Mahkamah  Konstitusi  dengan  tegas  menyatakan  untuk
              menangguhkan segala tindakan atau kebijakan yang bersifat strategis dan berdampak luas, serta
              tidak dibenarkan pula untuk menerbitkan peraturan pelaksana baru yang berkaitan dengan UU
              Cipta Kerja.

              "Artinya, penetapan  upah  minimum  tahun  2022  yang  menggunakan dasar  hukum  Peraturan
              Pemerintah  Nomor  36  Tahun  2021  tentang  Pengupahan,  harus  dibatalkan.  Karena  PP  No.
              36/2021 adalah peraturan pelaksana baru yang berkaitan dengan UU Cipta Kerja, serta bersifat
              strategis dan berdampak luas, sebagaimana yang dinyatakan oleh putusan MK," kata dia.

              Upah  minimum  menurut  Mirah,  termasuk  kebijakan  strategis  dan  berdampak  luas  karena
              mayoritas pekerja formal adalah pekerja penerima upah minimum. Tuntutan buruh hingga kini
              adalah menaikkan upah minimum tahun 2022, di kisaran 7-10 persen.




                                                           198
   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204