Page 119 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 05 AGUSTUS 2019
P. 119

Saat itu, Carmi masih berusia 17 tahun. Namun usia Carmi dituakan dari kelahiran
               1971 menjadi 1958 atau 13 tahun lebih tua.

               "Untuk persyaratan administrasi sih, jadi dituakan. Karena kalau 17 tahun tidak
               boleh berangkat," kata Ilyas kepada Kompas.com, Minggu (28/7/2019).

               Carmi berangkat melalui PT Umah Sejati Alwidah Jaya Sentosa di Jakarta. Ilyas
               memastikan, dirinya bersama ibunya sudah berulang kali melarang. Tetapi, Carmi
               bersikeras berangkat dengan alasan membantu ekonomi keluarga.

               Dia juga termotivasi dengan beberapa tetangga yang pergi menjadi TKW hingga
               berhasil membangun rumah.

               Sekitar tiga tahun setelah keberangkatan, keluarga di rumah menerima surat dari
               Carmi. Dia mengabarkan terus sibuk kerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab
               Saudi. Carmi juga berjanji akan mengirimkan uang.

               Namun sejak saat itu hingga Minggu (28/7/2019), Ilyas dan keluarga tak menerima
               satu rupiah pun kiriman Carmi.

               Sofiyudin, paman Carmi menyampaikan, setelah surat itu, Carmi justru semakin
               tidak ada kabar. Dia mengirimkan hanya beberapa surat hingga keluarga merasa
               kehilangan dan berupaya mendatangi perusahaan dan KBRI di Jakarta.

               "Kurun waktu tiga tahun masih bisa komunikasi pakai surat. Dulu kan belum ada
               HP. Setelah itu enggak ada kabar. Terus pas tahun ke-7 dilacak melalui KBRI,
               setelah itu tidak ada kabar. Enggak ada apa-apa," kata Sofiyudin.

               Sejak saat itu hingga saat ini, keluarga sudah putus komunikasi dengan Carmi
               selama 24 tahun. Keluarga sudah berulang kali mendatangi Sarkum, tetangga yang
               memberangkatkan Carmi. Hingga Sarkum tutup usia, keluarga belum juga
               mendapat jawaban.

               Begitu pun dengan perusahaan yang memberangkatkan, hingga akhirnya tutup dan
               bangkrut, keluarga selalu pulang dengan tangan kosong ke rumah. Sofiyudin juga
               sudah melapor pada petugas BNP2TKI dan juga KBRI, namun belum mendapatkan
               jawaban yang pasti tentang kondisi Carmi.

               Mereka tidak tahu harus berbuat apa dan ke mana lagi untuk dapat memulangkan
               Carmi. Pasalnya, kata Sofiyudin, seluruh keluarga sudah berusaha maksimal
               mengeluarkan hingga puluhan juta rupiah untuk membayar sejumlah pihak yang
               berjanji dapat memulangkan anaknya.

               "Tulung pemerintah, Carmi suruh pulang. Bapaknya ingin bertemu. Ibunya, sedulur-
               sedulurnya (saudara-saudaranya) ingin bertemu. Tulung Bapak pemerintah, minta
               dibantu. Sudah lama ga datang-datang, ga ada kabar," kata Ilyas sambil menangisi
               Carmi.



                                                      Page 118 of 151.
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124