Page 19 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 JULI 2020
P. 19

Sebelum Covid-19 melumpuhkan ekonomi dunia, ILO mencatat pengangguran dunia mencapai
              190 juta. ILO mengkhawatirkan kondisi ketenagakerjaan dunia semakin memburuk, terutama
              karena  serangan  Covid-19  melumpuhkan  sektor  informal.  Pekerja  di  sektor  tersebut  akan
              kehilangan pendapatan harian

              dan  di  sebagian  negara  mereka  tidak  masuk  di  dalam  program  perlindungan  tenaga  kerja
              (unemploy-ment benefits). Ada sekitar 2 miliar penduduk dunia yang bekerja di sektor informal
              (67%) dan sebagian besar berada di negara-negara berkembang.
              Ketenagakerjaan Nasional Tidak Imun

              Lantas,  bagaimana  dampak  dua  peristiwa  tersebut  terhadap  ketenagakerjaan  di  Indonesia?
              Dampak  revolusi  industri  4.0  dapat  dilihat  dari  pergerakan  data  ketenagakerjaan  di  sektor
              industri  pengolahan.  Sebagaimana  disebutkan  di  atas,  penggunaan  tenaga  kerja  di  sektor
              manufaktur cukup besar dibandingkan dengan mesin atau kombinasinya.

              Dari segi jumlah tenaga kerja di sektor industri, terlihat peningkatan dari 17,09 juta (Februari
              2017)  menjadi  18,46  juta  (Februari  2020).  Penyerapan  tenaga  kerja  pada  sektor  tersebut
              tumbuh rata-rata 2,62% per tahun.

              Namun,  dari  sisi  pertumbuhan  tahunan,  penyerapan  tersebut  cenderung  menurun.  Pada
              Februari 2018, penyerapan tenaga kerja sektor industri naik 4,86% (yoy), sedangkan pada 2019
              dan 2020 masing-masing tumbuh 1,73% (yoy) dan 1,26% (yoy). Dari sisi porsi tenaga kerja
              industri terhadap total tenaga kerja nasional, juga terjadi penurunan, dari 14,17% pada Februari
              2017 menjadi 14,09% pada Februari 2020.

              Data lain yang perlu diperhatikan adalah perkembangan penyerapan tenaga kerja pada industri
              padat karya. Kementerian Perindustrian (2003) menetapkan dua syarat industri yang masuk
              kategori padat karya, yaitu: (i) mempekerjakan minimal 200 orang tenaga kerja; dan Cri) porsi
              biaya tenaga kerja terhadap biaya produksi minimal 15%. Industri-industri yang termasuk pada
              kelompok padat karya seperti industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil dan
              pakaian jadi, industri kulit dan barang kulit; industri alas kaki; industri mainan anak; dan industri
              furnitur.

              Tahun  ini,  Asosiasi  Pertekstilan  Indonesia  (API)  merevisi  target  pertumbuhan  industrinya
              menjadi negatif 1,3% (yoy) dari posisi 3,5%. Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan
              Indonesia (Aspadin) juga mengikuti hal serupa, dengan mengoreksi tipis pertumbuhan kinerja
              tahun  2020  menjadi  8-9%  dari  10%.  Gabungan  Pengusaha Makanan  dan  Minum  Indonesia
              (Gapmi) hanya menargetkan pertumbuhan 4-5% dari 8-9% pada target awaL

              Sepanjang 2015-2019 (data Agustus) , penyerapan tenaga kerja industri padat karya rata-rata
              tumbuh  5,7%  per  tahun.  Sayangnya,  pertumbuhan  tahunan  terus  melambat.  Pada  2016,
              penyerapan tenaga kerja industri padat karya tumbuh 4,9% (yoy); dan melonjak hingga 10,8%
              (yoy) pada 2017. Sementara itu, pada 2018 dan 2019 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
              masing-masing 3,42% (yoy) dan 3,67% (yoy). Dari individu industri, salah satu sektor yang
              penyerapan tenaga kerjanya terus menurun adalah industri pengolahan tembakau, rata-rata
              turun 10 ribu tenaga kerja per tahun atau 0,34%.
              Sementara itu dampak Covid-19 di Indonesia belum terekam pada data kondisi ketenagakerjaan
              Februari 2020, karena menyajikan data enam bulan sebelumnya. Rekaman Covid-19 pada data
              pengangguran terlihat pada data Agustus, yang akan dirilis pada November tahun ini. Berbagai
              publikasi dari lembaga

              kajian, menyimpulkan bahwa lonjakan pengangguran bergerak pada kisaran 3,5-5 juta. Tentu
              dengan skenario ringan, sedang, hingga berat. Hal tersebut menyebabkan total pengangguran

                                                           18
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24