Page 31 - MAJALAH 197
P. 31
PR OFIL
Amin
"Pengabdian Saya adalah
Melayani Rakyat"
Amin, hadir sebagai nama sekaligus sosok baru yang kini turut orangtua,” terang pria kelahiran 6 Juli
mewarnai panggung politik Indonesia. Tumbuh dalam keluarga 1965 ini.
sederhana, Amin menjalani hidup tentu bukan tanpa rintangan Baginya, kedua orang tua adalah akar
dan tantangan. Lahir dari keluarga petani, ia ditempa dengan yang menjadi pondasi dalam perjalanan
hidupnya. Terpatri erat diingatannya
berbagai situasi dan kondisi prihatin, hingga akhirnya mengambil tentang cerita bagaimana ayah dan
peran di Senayan sebagai Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) PKS ibu menjalani sulitnya hidup di masa
Komisi VI DPR RI. transisi penjajahan Jepang. Tidak ingin
anak-anaknya bernasib sama, orang tua
Amin selalu memotivasi supaya mereja
menjadi pribadi yang mandiri dan
aktu telah kedua orang tuanya untuk tetap tegas berguna bagi orang lain.
menunjukkan dan disiplin saat mendidik dirinya dan “Mereka (orang tua Amin) selalu bilang,
petang ketika Amin kelima saudaranya. Pengaruh tersebut ‘Jangan sampai kamu hidup prihatin
meluangkan waktu membentuknya menjadi pandai untuk seperti itu, sampai untuk makan saja
W menceritakan hidup membagi waktu belajar, membantu kesulitan’. Saya sering dimotivasi dengan
semasa kecil hingga perjalanan karier orang tua di ladang, dan ibadah. cerita-cerita dan itu membuat saya
politiknya, lewat sambungan telepon “Pulang sekolah saya kerja ikut terpacu untuk berjuang.” ungkap Amin.
kepada Parlementaria. bantu orang tua, kadang pergi ke Masa sekolah adalah penanda
“Saya lahir sebagai orang desa sawah. Kalau pas SD itu kan berangkat perjuangan Amin untuk menjadi mandiri
dengan kondisi yang sangat pas- dan pulang sekolah masih jalan dimulai. Sebagai siswa berprestasi
pasan. Saat kecil, saya tinggal di Desa kaki. Mulai Madrasah Tsanawiyah peringkat 1 di Madrasah Tsanawiyah
Ngabean, Kecamatan Mirit, Kabupaten (MTs) baru pakai sepeda ontel, (MTs), Amin menantang diri untuk
Kebumen. Saya dulu sekolahnya di jaraknya sekitar 4 km. Jadi harus melanjutkan di SMAN 1 Purworejo.
desa. Waktu SD, saya ke sekolah mengalokasikan waktu dengan jelas, Sebuah sekolah menengah atas yang
tidak pakai alas kaki, bahasa jawanya kapan waktu untuk belajar, kapan pada masanya terdaftar sebagai sekolah
nyeker. Dulu jalanan di desa itu belum untuk mengaji, kapan untuk membantu terbaik di Jawa Tengah.
bagus, masih tanah belum diaspal, jadi
njeblok,” tutur Amin membuka kisah
dirinya.
Kedua orang tuanya bekerja sebagai
petani yang menggarap sawah milik
sendiri. Kendati demikian, ia tak
hidup diselimuti kemewahan. Sejauh
ingatannya, orang tuanya selalu
berjuang keras untuk bisa memenuhi
kebutuhan keluarga, terutama untuk
enam buah hati yang sedang tumbuh
pada waktu itu.
Dilahirkan sebagai anak kedua, ia
mengakui keluarga membesarkannya
dengan kondisi yang serba pas.
Namun, hal itu tidak menyurutkan
Amin (baju merah) saat mengikuti kunjungan kerja Komisi VI DPR RI. Foto: Jaka/nvl
TH. 2021 EDISI 197 PARLEMENTARIA 31