Page 41 - MODUL PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
P. 41
sekolahnya. Anak yang sudah terlibat dalam interaksi sosial akan mulai
mengembangkan rasa keberhasilannya terhadap apa yang di capai.
Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai
berkembang juga kemampuan sosialnya dalam berinteraksi. Dukungan dari
orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten atau mampu
serta kepercayaan diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak
untuk mencapai pengalaman baru (tahap industry). Sebaliknya kegagalan untuk
memperoleh prestasi dan kurangnya dukungan membuat anak menjadi rendah
diri, dan tidak kompeten. Apabila anak gagal dalam tahapan ini, yaitu anak
menjadi merasa rendah diri dan merasa dirinya tidak mampu, maka ke
depannya anak akan sulit dalam menghadapi permasalahan secara positif dan
secara optimis. Hal ini sejalan dengan anak usia sekolah dasar (6-12 tahun)
menurut tahapan perkembangan psikoseksual Freud, berada pada fase latent,
dimana anak melakukan pengalihan energi seksual kepada pengejaran
intelektual dan interaksi sosial. Tahapan ini sangat penting dalam
pengembangan keterampilan sosial, komunikasi, dan kepercayaan diri.
Maka dari itu, peranan sekolah, terutama guru di sekolah pada anak usia
sekolah ini sangat besar. Kurikulum dan proses belajar perlu disesuaikan dan
memperhatikan kondisi perkembangan anak, agar dapat mempersiapkan anak
bertumbuh dan berkembang menjadi anak yang sukses di masa depannya.
Namun, apa yang akan terjadi ketika anak tidak mendapatkan cukup
pengawasan baik dari guru di sekolah, ataupun orang tua di rumah? Anak-anak
secara nalurinya akan mulai mengeksplor dunia di sekelilingnya. Mereka
dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang besar. Dengan bakat itulah, anak-anak
menjadi rentan terhadap hal-hal yang negatif dari lingkungan. Pengawasan
yang dilakukan baik dari guru maupun orang tua sama pentingnya dengan
pengajaran yang hendak diberikan kepada anak. Di samping anak perlu
mendapatkan wawasan mengenai cara bersikap dan berperilaku, namun juga
ada proses pengawasan yang dilakukan oleh lingkungan.
Kurangnya wawasan, terlebih lagi dengan tidak adanya pengawasan
kepada anak, mereka dapat saja terpengaruh oleh hal-hal buruk. Anak-anak
dapat tumbuh menjadi negatif. Sebagai contoh berdasarkan yang telah
dijabarkan di atas, anak usia 6-12 tahun sedang dalam masa pembentukan
kepercayaan diri, dan pengembangan interaksi sosial. Apabila lingkungan
kurang melakukan pengawasan terhadap pencapaian anak, maka apabila anak
gagal melewati tahapan ini dengan baik, maka dapat mengakibatkan anak
dapat menjadi depresi, merasa dirinya tidak mampu, tidak cocok dengan
lingkungan sosial, dan kemudian memilih untuk bermain game online,
mengurangi interaksi dengan lingkungan, melakukan pelarian kepada
makanan, dan sebagainya.
Seringkali kita mendengar berita mengenai anak SMP/SMA yang sudah
melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Jika dilihat berdasarkan
tahapan perkembangan psikoseksual Freud, anak-anak usia 12 tahun ke atas,
atau dalam hal ini mulai dari usia SMP, berada pada fase genital, dimana anak
mulai mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Apabila
pada tahapan ini anak tidak mendapatkan pengawasan dan wawasan yang
cukup mengenai seksual dan segala hal di dalamnya, dengan sangat mungkin
akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.
38