Page 131 - PDF Compressor
P. 131

pasal tentang ketentuan pidana; satu pasal ketentuan peralihan; dan dua
                     pasan ketentuan penutup.
                            Hal-hal yang sangat  substansial yang tercantum dalam Undang-
                     Undang No. 40 Tahun 1999, di antaranya sebagai berikut:
                            1.  Kebebasan  berorganisasi  bagi  wartawan  dijamin  langsung
                                melalui  pasal  7.  Pasal  ini  mengamanatkan  bahwa  wartawan
                                besar  memilih  organisasi  kewartawanan.  Hal  itu  memiliki
                                makna  substantif  bahwa  pada  era  Undang-Undang  No.  40
                                Tahun  1999,  tidak  lagi  terjadi  monovoli  organisasi
                                kewartawanan.  Padahal,  secara  historis  kehidupan  pers
                                nasional selalu dihadapkan pada organisasi kewartawan yang
                                tunggal.   Apalagi   pada    era   Orde    Baru,   organisasi
                                kewartawanan  itu  hanya  satu,  yakni:  PWI  (Persatuan
                                Wartawan  Indonesia),  sehingga  organisasi-organisasi  lain,
                                kendati  didirikan  oleh  wartawan  dianggap  organisasi  tidak
                                syah atau bahwa dicap sebagai organisasi ‚liar‛. Oleh karena
                                itu,  pada  masa  Orde  Baru,  setiap  institusi  hanya  mengakui
                                wartawan  yang  berorganisasi  di  PWI.  Bahkan,  sejumlah
                                instansi  Pemerintah  kerap  kali  memasang  stiker  biru  yang
                                bertuliskan, ‚Tidak melayani wartawan bukan anggota PWI‛.
                                Pada  sisi  lain,  banyak  juga  wartawan  yang  ‚tidak  puas‛
                                dengan  monovolis  organisasi  tersebut,  sehingga  mendirikan
                                beberapa organisasi yang jelas-jelas pada saat itu tidak sejalan
                                dengan  isi  peraturan  perundang-undangan.  Namun,  pasca
                                reformasi  dengan  lahir  Undang-Undang  No.  40  Tahun  1999,
                                semua organisasi kewartawan, baik PWI, AJI, dan organisasi
                                lainnya  tempat  bernaung  para  wartawan  dijamin  dengan
                                undang-undang  tersebut,  sehingga    kini  puluhan  organisasi
                                kewartawanan telah berdiri di Indonesia.
                            2.  Untuk  mendirikan  perusahaan  pers,  pada  jaman  Orde  Baru
                                sangat  berat  karena  setiap  perusahaan  pers  harus  memiliki
                                SIUPP    (Surat   Ijin   Usaha   Penerbitan    Pers).   Selain
                                pengurusannya  yang  berbelit-belit,  untuk  memiliki  SIUPP
                                memerlukan  biaya  yang  cukup  besar.  Bahkan,  SIUPP  yang
                                dimiliki  oleh  seseorang  atau  kelompok  orang  ‚dapat‛
                                diperjualbelikan  dengan  harga  yang  sangat  mahal;  dapat
                                mencapai  milyaran  rupiah.  Oleh  karena  itu,  pada  era  Orde
                                Baru, hanya orang atau kelompok orang tertentu yang dapat
                                memiliki  SIUPP.  Namun,  sejalan  dengan  lahirnya  Undang-
                                Undang  No.  40  Tahun  1999,  tepatnya  pada  Pasal  9  bahwa
                                secara tersirat disebutkan untuk mendirikan Perusahaan Pers
                                                       129
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136