Page 179 - BUMI TERE LIYE
P. 179
TereLiye “Bumi” 176
”Tapi… tapi bagaimana dengan...” Seli menunjuk sekeliling kami.
”Itulah yang membuat semua ini menarik.” Ali ber-se-dekap,
bergaya seperti profesor fisika terkemuka. ”Kita berada di tempat yang
sama, tapi dengan sekeliling yang amat berbeda. Bah-kan orang-orang yang
berbeda.”
”Kamu sebenarnya hendak bilang apa sih?” Aku akhirnya bertanya,
tidak sabaran. Tidak bisakah dia menjelaskan lebih detail? Dengan bahasa
yang lebih mudah dimengerti.
Ali mengangguk. Dia meloncat turun dari sofa melayang,
me-ngeluarkan buku tulis dari ransel yang selalu dia bawa ke mana- mana,
mengambil bolpoin.
”Kalian perhatikan.” Ali membuka sembarang halaman kosong. Dia
mulai menggambar.
Aku dan Seli tahu apa yang sedang dia gambar, sebuah lapang- an
futsal. Lantas, Ali menggambar lagi sebuah lapangan bulu tang-kis di atas
lapangan futsal tersebut, juga lapangan basket. Terakhir sebuah lapangan
voli. Empat lapangan itu bertumpuk di atas kertas. Ali menggambar bingkai
di sekeliling kertas.
”Ini persis seperti aula sekolah kita, bukan? Ada empat lapangan
olahraga di atas lantainya.” Ali menatapku dan Seli ber-ganti-an.
Aku dan Seli mengangguk.
”Nah, aku hanya menduga, bisa jadi keliru, tapi kemungkinan besar
tepat, inilah yang sedang terjadi di sekitar kita. Dunia ini tidak seseder han a
seperti yang dilihat banyak orang. Aku per-caya sejak dulu, bahkan membaca
lebih banyak buku di-banding siapa pun karena penasaran, ingin tahu. Bumi
kita me-miliki kehidupan yang rumit. Dan hari ini aku menyaksikan sendir i,
ada sisi lain dari kehidupan selain yang biasa kita lihat sehari-hari. Dunia
lain.
”Kalian perhatikan aula sekolah kita. Ada empat lapangan olah-raga di
atasnya, bukan? Jika kita ingin bermain futsal, pasang tiang
http://cariinformasi.com