Page 249 - BUMI TERE LIYE
P. 249
TereLiye “Bumi” 246
APSUL mengurangi kecepatan, merapat mulus di salah satu
peron.
Ruangan besar megah yang tadi pagi ramai dan teratur ber-ubah 180
derajat, terlihat kacau-balau, dipenuhi orang berseru-seru. Di setiap jengkal
stasiun terlihat ratusan Pasukan Bayangan dengan membawa panji-panji
mereka.
”Kenapa kita mendarat di Stasiun Sentral?” aku bertanya pada Ilo.
”Mereka sepertinya mengambil alih tujuan setiap kapsul secara
otomatis, memaksa kapsul yang melintas untuk mendarat,” Ilo
menjelaskan.
Di luar lebih banyak lagi kapsul kereta yang merapat di peron.
Orang-orang protes kenapa jalur mereka diubah. Teriakan dan tangisan
anak kecil, keributan, juga terlihat puluhan orang memakai seragam yang
berbeda dengan Pasukan Bayangan, me-nambah sesak peron stasiun.
Mereka ikut memeriksa pe-numpang, berjaga-jaga di setiap sudut.
”Itu seragam akademi Ily.” Ilo mengeluh, menunjuk orangor an g
berseragam gelap dengan topi tinggi. ”Sejak dulu orangtua murid keberatan
jika akademi sering dijadikan alat politik dan kekuasaan. Anak- anak itu baru
berusia delapan belas, tidak tahu apa pun tentang agenda dan ambisi orang
dewasa.”
Aku menoleh ke arah Ilo, tidak terlalu paham maksud kalimat-nya.
Tapi pintu kapsul kami sudah terbuka. Segera melangkah masuk dua
orang Pasukan Bayangan, membawa panji pendek—aku tahu, panji itu bisa
berubah menjadi senjata.
”Maaf mengganggu perjalanan. Atas perintah penguasa baru, kami
harus memeriksa seluruh kapsul. Harap siapkan identitas masing masing,”
salah satu dari mereka berseru tegas.
http://cariinformasi.com