Page 28 - PDF Compressor
P. 28

banget. Yes, I have to endure this kind of sexist comments from
               him everyday.
                  ”Gue jadi makin penasaran pengen ngeliat tampang si Ruly
               ini,” celetuk Dinda sambil mematikan rokok.
                  Aku meneguk wine-ku. ”Oh, he’s here, by the way.”
                  ”Serius?” mata Dinda langsung jelalatan. ”Mana?”
                  ”Serius,” aku mengangguk, memotong chicken  wrap di ha-
               dapanku. ”Nggak di sini, dia lagi nyari dasi dulu di M. Ntar
               juga gabung ke sini.”
                  ”Kok nggak ditemenin nyari dasinya?”
                  ”Udah gede, ngapain ditemenin,” ujarku. ”Lagian tujuan gue
               ke  sini  kan  mau  ngobrol  ama  elo,  bukan  mau  nemenin  dia.
               Nemenin dia juga tiap hari bisa, Dol.”
                  ”Jangan-jangan  elo  lebih  cinta  sama  gue  daripada  sama  si
          26   Ruly yang elo dewa-dewakan itu.”
                  Aku langsung terbahak-bahak. ”Ngarep lo, Nyet.”
                  ”But seriously, why?” Dinda menatapku di sela-sela tegukan
               wine-nya.
                  ”Why what?”
                  ”Why are you so fixated on this guy?”
                  Aku  mengangkat  bahu.  Berpikir  sedetik,  dua  detik,  dan
               tetap mengangkat bahu. ”Nggak ngerti juga gue. Isn’t ’karena
               dia Ruly’ enough?”
                  Dinda tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.
                  ”What?” aku menatapnya bingung.
                  ”Nothing. Disantet kali elo ya, sampai nggak bisa berkata-
               kata gitu.”
                  Aku kembali tertawa. ”Sialan lo.”
                  ”Key,” Dinda kembali menyulut sebatang rokok, mumpung
               nggak ada lakinya dipuas-puasin kayaknya, ”gini ya. Gue kenal








        Isi-antologi.indd   26                                       7/29/2011   2:15:14 PM
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33