Page 30 - PDF Compressor
P. 30

”Okay, let’s keep this conversation non X-rated, shall we?” po-
               tongku cepat.
                  Dinda  tersenyum  geli  melihat  tampangku  yang  semakin
               sebal.  ”Tapi  elo  ngerti  kan  maksud  gue,  Nyet?  Raul,  Enzo,
               Arya, Dewa, dan entah siapa lagi, semuanya gue tahu kenapa,
               karena elo bisa dengan lugasnya cerita ke gue. Walaupun se-
               cetek  apa  pun  alasan  itu.  Dan  sekarang,  ketika  katanya  elo
               sudah  berbulan-bulan  tergila-gila  sama  si  manusia  bernama
               Ruly satu ini, elo bahkan nggak bisa menjelaskan ke gue kena-
               pa. Gimana gue nggak berasumsi elo disantet, Key?”
                  Aku tergelak, menunduk sesaat. Mencoba bertanya kepada
               the demons inside my head yang terus-menerus berbisik kepada
               alam  bawah  sadarku  bahwa  aku  mencintai  Ruly.  And  what
               answer did I get? Zilch.
                   ”Well?” Dinda masih menunggu jawaban.
          28
                  Jadi aku memilih memberi pelajaran kepada setan-setan di
               kepalaku dan mengarang jawaban sendiri. ”Gue mencintai dia
               sama seperti gue membenci kopi luak, Din. Does that even make
               sense  to  you,  I  don’t  know,”  kataku  akhirnya. ”Elo  tahu,  kan,
               betapa bencinya gue sama kopi luak? Gue bisa minum kopi luak,
               gue juga nggak ada masalah sama aromanya, aroma yang buat
               semua pencinta kopi seperti elo misalnya, pasti dianggap meng-
               gairahkan. Bisa membuat elo betah menghirupnya bergelas-ge-
               las. Gue pernah mencoba kopi luak, Din. Biasa aja rasanya, dan
               sebenarnya gue nggak suka. Buat gue, semua laki-laki bangsat
               yang pernah bersama gue dulu itu is just like kopi luak. They’re
               really delicious, people are lining up for them, but it’s still coffee that
               some monkey is shitting. In the end, they’re all a bunch of tiny
               expensive little shit. Ruly, on the other hand... well, Ruly is Ruly.
               Gue tahu dari cerita gue, walaupun elo belum pernah ketemu
               dia, elo pasti berpikir kenapa gue bisa sampai kecanduan sama








        Isi-antologi.indd   28                                       7/29/2011   2:15:14 PM
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35