Page 91 - PDF Compressor
P. 91
pelindung elo, sejak malam-malam bodoh kita insomnia ber-
sama dengan segelas dua gelas wine itu.
Jadi tolong gue, Key, karena lidah gue sudah nggak sanggup
mengucapkan itu semua karena perasaan bersalah yang me-
menjarakan gue detik ini, baca pikiran gue, Key. Lihat mata
gue. Ini bukan mata laki-laki yang ingin menyakiti elo.
”Elo sahabat gue, Ris,” dia akhirnya berkata lirih. ”Elo saha-
bat gue dan elo tega meniduri gue saat gue mabuk?”
Gue berdarah. Rasanya seperti Keara baru saja menghunus
pisaunya tepat di ulu hati gue dan memutarnya sampai gue
sekarat.
”Tapi gue sayang elo, Key.”
There, I said it. Lihat mata gue untuk memastikan bahwa
yang barusan gue cetuskan dari mulut gue ini adalah kejujur-
an sejujur-jujurnya, Keara. 89
Tapi apa yang lo lakukan? Elo menampar gue lagi. Tampar-
an kesepuluh yang elo daratkan di pipi ini pagi ini.
”Keluar deh elo, ya. Gue nggak bisa lihat muka lo sekarang.”
”Tapi, Key…”
”Keluar, Ris. Sekarang. Kalau elo memang sayang gue seper-
ti yang tadi lo ucapkan itu, elo keluar sekarang,” cetusnya
sinis.
Jadi gue keluar. Gue meninggalkan elo dan gue berjalan
kaki sepanjang Orchard Road, membeli rokok di salah satu 7
Eleven yang gue temui, duduk di pinggir jalan dan mulai me-
rokok lagi. Rokok pertama gue sejak berhenti setahun yang
lalu. Menghabiskan satu bungkus penuh Marlboro bergambar
kanker mulut ini sebelum gue kembali ke apartemen yang
kita sewa itu.
Elo nggak ada, Key. Tempat tidur elo bersih, lemari elo
bersih. Setiap jejak lo di situ sudah dihapus. Koper elo, pretel-
Isi-antologi.indd 89 7/29/2011 2:15:18 PM