Page 90 - PDF Compressor
P. 90
Andai gue bisa mengulurkan tangan dan menghapus air
mata elo, Keara. Andai gue bisa mencari salah satu teman
genius gue yang mungkin telah berhasil menciptakan mesin
waktu dan membawa gue dan elo kembali ke tadi malam, saat
elo menatap gue dan meminta ciuman itu. Dan setelah men-
cium elo selama sepuluh detik itu, gue berjanji akan menarik
bibir gue, menatap elo dan menahan seluruh hasrat gue ke
elo, gue mau, Key. Apa pun agar elo tidak menangis. Tapi kita
tidak punya pilihan itu sekarang, kan?
”Did you even use a condom?”
Gue terdiam. Gue, Harris Risjad, cuma bisa membisu saat
dia menatap tajam, menuntut jawaban. Gue hanya bisa meng-
hela napas, menunduk sesaat mengumpulkan keberanian un-
tuk melafalkan kata-kata yang nggak akan dia sukai.
”Gue… gue nggak ingat, Key.”
88
Kini dia yang terdiam. Tangisnya berhenti.
Men are not built for this, you know. Coba bilang sama gue,
laki-laki mana yang tahu harus berbuat apa pada situasi seper-
ti ini. Perempuan pertama yang gue cintai, yang akhirnya tadi
malam bisa gue miliki, pagi ini menatap gue dengan jijik dan
marah, seakan ingin membunuh gue.
Sepuluh detik pagi ini, sama lamanya dengan gue mencium
elo tadi malam, Keara, elo hanya menatap gue. Dan gue? Gue
hanya bisa mencoba membalas tatapan lo dengan rasa bersa-
lah. Apa yang ada di dalam pikiran elo sekarang, Key? Bahwa
gue PK? Sahabat lo yang PK yang elo hafal semua nama
perempuan-perempuan yang pernah jadi korban gue? Bagi elo,
gue mungkin sama dengan Enzo yang pernah menyakiti lo
itu, Key. Yang belum lo tahu adalah ini gue, sahabat lo yang
telah jatuh cinta pada lo sejak elo muncul di lift itu, sejak elo
tertawa pada dirty jokes gue, sejak elo memercayai gue sebagai
Isi-antologi.indd 88 7/29/2011 2:15:18 PM