Page 32 - E-Modul MK E-learning Mu'amalah (Kelompok 8)_Spread
P. 32
Dasar hukum sewa-menyewa tersebut terdapat pada Al-Qur’an,
ۗ
ۙ
ِ
ِ
ِ
ِ
ْ ا ة ٰ ْ ا َ َ َ َ ر ر ن ْ ُ َا
ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ
َ
َ
َ
َ َ َ ْ َ َ ْ ُ
ْ
ْ
ْ
ٍ
َ ِ
روۗ ِ ْ ٰ رد ٍ ق َ َ رو
ُ
َ
ً
َ
ُ ْ َ َ ْ َ َ
ْ َ ُ ْ َ
ُ
َ
ْ َ َ ْ
َ
ُ َ ْ َ َ
ْ
ْ
ن َ َ ر
َ ْ ُ َ ْ َ ٌ ْ
َ
Artinya:
"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang
menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."
(Q.S Az-Zukhruf ayat 32)
c). Rukun dan Syarat Sewa-Menyewa
~ Rukun sewa-menyewa menurut jumhur ulama dibagi menjadi empat yaitu:
• Muta’aqidan
Muta’aqidan artinya orang yang menyewa dan yang menyewakan. Masing-
masing harus memenuhi syarat seperti harus ahli dalam menjalankan akad,
tidak boleh gila, dan harus atas kehendaknya sendiri. Sebab, kata-kata orang
yang dipaksa itu tidak berpengaruh sama sekali pada proses akad atau
pembatalan kontrak.
• Shighat (ijab dan qabul)
Sighat harus dilakukan atas kesepakatan dari kedua belah pihak. Hendaknya
proses sighat memakai kalimat yang sederhana dan mudah dipahami. Ijab
qabul dalam sewa-menyewa menunjukkan adanya persetujuan kedua belah
pihak untuk bertransaksi.
28
E-Modul Mu'amalah MA