Page 18 - Kelompok_Sulawesi_A1
P. 18
yang disebut Limpo. La Tenritau menjadi Paddanreng ri Majauleng, yang kemudian
berubah menjadi Paddanreng Bettempola pertama. La Tenripekka menjadi
Paddanreng Sabbamparu yang kemudian menjadi Paddanreng Talotenreng. Terakhir
La Matareng menjadi Paddanreng ri Takkallala menjadi Paddanreng Tuwa.
4. Kesultanan Buton
Kesultanan Buton terletak di Kepulauan Buton (Kepulauan Sulawesi
Tenggara) Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada zaman dahulu memiliki kerajaan
sendiri yang bernama kerajaan Buton dan berubah menjadi bentuk kesultanan yang
dikenal dengan nama Kesultanan Buton. Nama Pulau Buton dikenal sejak zaman
pemerintahan Majapahit, Patih Gajah Mada dalam Sumpah Palapa, menyebut nama
Pulau Buton. Mpu Prapanca juga menyebut nama Pulau Buton di dalam bukunya,
Kakawin Nagarakertagama. Sejarah yang umum diketahui orang, bahwa Kerajaan
Bone di Sulawesi lebih dulu menerima agama Islam yang dibawa oleh Datuk ri
Bandang yang berasal dari Minangkabau sekitar tahun 1605 M.
Sebenarnya Sayid Jamaluddin al-Kubra lebih dulu sampai di Pulau
Buton, yaitu pada tahun 815 H/1412 M. Ulama tersebut diundang oleh Raja Mulae
Sangia i-Gola dan baginda langsung memeluk agama Islam. Lebih kurang seratus
tahun kemudian, dilanjutkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-
Fathani yang dikatakan datang dari Johor. Ia berhasil mengIslamkan Raja Buton yang
ke-6 sekitar tahun 948 H/1538 M. Riwayat lain mengatakan tahun 1564 M. Walau
bagaimanapun masih banyak pertikaian pendapat mengenai tahun kedatangan
Syeikh Abdul Wahid di Buton. Dalam masa yang sama dengan kedatangan Syeikh
Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani, diriwayatkan bahwa di Callasusung
(Kulisusu), salah sebuah daerah kekuasaan Kerajaan Buton, didapati semua
penduduknya beragama Islam.
Selain pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal
dari Johor, ada pula pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal
dari Ternate. Dipercayai orang-orang Melayu dari berbagai daerah telah lama sampai
di Pulau Buton. Mengenainya dapat dibuktikan bahwa walaupun bahasa yang
digunakan dalam Kerajaan Buton ialah bahasa Wolio, namun dalam masa yang sama
digunakan bahasa Melayu, terutama bahasa Melayu yang dipakai di Malaka, Johor
dan Patani. Orang-orang Melayu tinggal di Pulau Buton. Orang-orang Buton
termasuk kaum yang pandai belayar seperti orang Bugis juga.
15