Page 58 - Buku Guru Ebook
P. 58
Ekspresi senang tergambar jelas di wajah-wajah polos itu (hmmm iya iya ada yang
mukanya kaget, tapi kan banyakan yang happy), tak sabar ingin segera pulang dan
mempersiapkan weekend yang indah. Maklum saja, seminggu ini pasti mereka dituntut untuk
belajar dan mengurangi waktu untuk bermain karena sedang PTS (Penilaian Tengah Semester).
Setelah foto-foto, aku meminta mereka mengecek (masih harus disuruh ngecek yhaaa~; maklum
ini tugas wajib pengawas ujian) sekali lagi setelah itu aku akan mengumpulkan lembar soal dan
jawaban ulangan mereka. Namun, yang kali ini berhasil, mereka memeriksa dengan seksama
jawaban mereka. Kelas pun menjadi hening kembali. Selang beberapa menit kemudian, aku
mulai memanggil nomor ujian mulai dari urutan 20 hingga urutan 1. Aku merapikan tiap lembar
soal dan jawaban milik siswa lalu memasukkannya ke dalam amplop coklat. Suasana kelas
kembali ramai seperti pasar, mereka bersorak merayakan ujian telah selesai seperti pahlawan
yang berhasil mengusir penjajah.
***
Kelas kami mendapat giliran sebagai petugas upacara bendera untuk hari Senin pekan
depan. Aku dan partnerku sudah mendiskusikan susunan petugas upacaranya. Saat pembukaan
kelas di pagi hari, kami menentukan waktu untuk latihan dan mengumumkan susunan petugas
upacaranya. Sebagian siswa terkejut karena wali kelasnya menunjuk 3 anak laki-laki sebagai
pengibar bendera. Beberapa komentar penolakan muncul dari siswa perempuan dan 3 siswa
laki-laki terpilih tadi. Kami semua sempat berdiskusi dan akhirnya semua dapat menerima
keputusan yang ada, para petugas terpilih pun siap menjalankan tugas yang diberikan.
“Miss kita latihan kannn??”
“Iyaa... yuk langsung ke lapangan.”
Tanpa butuh drama panjang, anak-anak sudah mulai bersiap di posisinya masing-masing.
Latihan upacara ini berlangsung lancar dan sukses. Namun, hal ini tidak berlaku untuk pasukan
pengibar. Beberapa siswa ada yang baru dipilih sebagai pasukan pengibar, sehingga cukup
memakan waktu bagi mereka untuk bisa mengingat instruksi yang diberikan. Seruan pelatih
dan wali kelas yang gemas karena mereka mereka melakukan beberepa kesalahan
“Arief, langkahnya salah. Balik lagi!”
“Kibar, jangan cepet-cepet jalannya!”
“Ga kompak, ulang!!”
“Ini pasukannya beloknya kelamaan, ulang lagi!”
Beberapa seruan pelatih dan wali kelas yang gemas karena kerap melihat mereka
melakukan beberapa kesalahan yang sama berulang kali. Mereka pun sepertinya mulai
frustrasi, namun tidak menyerah. Di tengah matahari yang semakin terik, pasukan pengibar
tetap berlatih sekuat tenaga. Berkat kegigihan mereka, latihan pun mulai menemukan titik
54